Pemerintah Kota Probolinggo mendukung ketahanan pangan dengan pertanian organik

Inovasi ini dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing barang pertanian

Probolinggo, Jawa Timur (JurnalPagi) – Pemerintah Kota Probolinggo, Jawa Timur mendukung ketahanan pangan dengan mengembangkan pertanian organik di kawasan Proyek Percontohan Ketahanan Pangan, Pelayanan Pertanian dan Perikanan (DKPPP), Desa Kebonsari Kulon.

Walikota Probolinggo Nurkholis dalam keterangan tertulis yang diterima di Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu, mengatakan: “Saya senang dan mengapresiasi program yang dilaksanakan dalam pengembangan klaster beras organik dan ketahanan pangan.”

Menurutnya, inovasi ini dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian sehingga mendukung tercapainya ketahanan pangan guna meningkatkan kesejahteraan bersama.

Dikatakannya: “Komitmen para petani sungguh luar biasa, setidaknya hal ini akan meningkatkan nilai tambah bagi para petani dan kita berharap ketahanan dan kemandirian pangan akan tercapai.”

Dengan berbagai upaya yang dilakukan di bidang pertanian, ia berharap ketahanan pangan dan tingkat inflasi di Kota Probolinggo tetap terjaga dan stabil.

“Selanjutnya DKPPP bisa terus melakukan inovasi dalam pertanian organik, sehingga para petani di Kota Probolinggo semakin tertarik dan mau menerapkan pertanian organik di lahannya masing-masing,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Pj Wali Kota Probolinggo juga melakukan panen padi organik di demplot organik seluas 1,2 hektare yang ditanami padi varietas non hibrida Inpari 32, kemudian panen cabai merah besar yang ditanam secara tetes. Teknologi irigasi

Jumlah pupuk organik yang dikonsumsi 18-20 ton per hasil Ubin Lantai Menunjukkan rata-rata 4,45 kg atau dengan perkiraan hasil 7,12 ton/ha padi kering (GKS).

Nurkhulis kemudian melakukan panen padi dan lada bersama-sama agar semua orang bisa langsung mengetahui hasil dari sistem pertanian organik.

Sementara itu, Ketua DKPPP Kota Probolinggo Aries Santoso mengatakan, kegiatan pelatihan identifikasi kesuburan tanah mendorong petani untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia.

Dikatakannya, selain pembatasan yang semakin ketat dan harga yang mahal, pupuk kimia juga berdampak pada kerusakan tanah dan tentunya tidak ramah lingkungan.

Ia berharap kegiatan ini dapat mengubah pola konsumsi pupuk yang ada pada petani di Probolingo.

Koresponden: Zamardon Seliche
Editor: Klik Devanto
Hak Cipta © JurnalPagi 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *