KLHK menghadirkan Sekolah Adiwiyata di World Water Forum

Jakarta (JurnalPagi) – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan memperkenalkan upaya Indonesia dalam mempromosikan pendidikan lingkungan hidup melalui Sekolah Adiwiyata pada World Water Forum ke-10 di Bali.

“Jadi kami menunjukkan kepada dunia bahwa melalui pendidikan lingkungan hidup, kami juga berupaya menanamkan empati atau kegiatan (ramah lingkungan) pada anak-anak di sekolah,” kata Cinta Saptarina Sumiarno, Kepala Pusat Pembinaan Generasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jakarta, Minggu.

Sekolah dengan kata keterangan Aditya ini merupakan sekolah yang berhasil menerapkan gerakan peduli lingkungan dan budaya di sekolahnya.

Dikatakannya, saat ini 28.000 sekolah di Indonesia telah dialihfungsikan menjadi sekolah Adiviata, berkembang pesat dari 10 sekolah prototipe pada tahun 2006.

Jelang World Water Forum, KLHK fokus pada pentingnya pembelajaran terkait konservasi air.

“17 tahun lalu sekolah Adiviata hanya ada 10 dan hanya di Pulau Jawa. Sekarang ada 28.270 sekolah di seluruh Indonesia,” kata Cinta.

Meski saat ini jumlah sekolah Adiviata cukup banyak, namun menurutnya jumlah tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah sekolah di Indonesia.

“Saat saya bangga hadir di UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change), saya bilang dari 10 (sekolah) menjadi 28.000 (sekolah), semuanya bersorak, padahal ternyata hanya 10 persen. : Semua sekolah di Indonesia.

Ia menyatakan, masih banyak sekolah yang belum dialihfungsikan menjadi sekolah Edivita, sehingga terkendala kesiapan sekolah dan dukungan pemerintah daerah.

KLHK siap jelaskan peran hutan dalam penyediaan air di World Water Forum

Oleh karena itu, pihaknya terus mendorong pemerintah daerah untuk memperbanyak sekolah Edivita di wilayahnya.

“Yang kami lakukan adalah memberikan penghargaan kepada pemerintah daerah yang memiliki sekolah Adiviatha yang banyak,” ujarnya.

Dijelaskannya, untuk menjadi sekolah Adiwiyata, suatu sekolah harus menjalankan enam aspek perilaku ramah lingkungan, yakni menjaga fungsi kebersihan, sanitasi, dan drainase. Pengelolaan sampah dengan prinsip 3RKurangi daur ulang penggunaan kembali) menanam dan memelihara tanaman; konservasi air; konservasi Energi; dan inovasi perilaku ramah lingkungan lainnya.

Selain itu, sekolah juga harus memiliki kurikulum yang berkaitan dengan enam aspek lingkungan tersebut.

KLHK: Pemuda Sebagai Agen Perubahan Pelestarian Lingkungan

“Jadi sekolah yang disebut sekolah adivyata harus memenuhi enam kriteria di atas, dan juga memiliki kurikulum yang berkaitan dengan enam aspek lingkungan hidup,” kata Cinta.

Koresponden: Anita Premata Devi
Redaktur: Bambang Sotopo Hadi
Hak Cipta © JurnalPagi 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *