Ketidakpastian global semakin dalam, BI: Perekonomian Indonesia masih tangguh

Pertumbuhan ekonomi triwulan I dan II tahun 2024 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2023.

Samosir, Sumatera Utara (JurnalPagi) – Bank Indonesia (BI) menilai perekonomian Indonesia relatif tangguh di tengah meningkatnya ketidakpastian global.

Pertumbuhan ekonomi triwulan I dan triwulan II tahun 2024 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2023, kata Direktur Kebijakan Moneter Bank Indonesia Juli Budi Winantia di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Minggu.

Hal ini ditopang oleh permintaan domestik yang tetap kuat seiring dengan Ramadan dan Idul Fitri 1445 H dari konsumsi rumah tangga.

“Kami berharap peningkatan ini berasal dari permintaan dalam negeri. Konsumsi masih kuat, namun relatif lebih rendah dibandingkan sebelumnya, namun sudah mulai pulih. Sementara itu, kami memperkirakan investasi konstruksi akan tumbuh lebih baik. maju, kata Julie Budi Vinantia.

Investasi bangunan sendiri lebih tinggi dari perkiraan, didukung oleh berlanjutnya proyek strategis nasional (PSN) di sejumlah daerah dan berkembangnya kepemilikan swasta sebagai efek positif dari insentif pemerintah.

BI juga kembangkan potensi desainer muda untuk mewakili sastra Indonesia

BI mencatat net outflow modal asing di Indonesia mencapai Rp 2,47 triliun.

Pada tahun ini, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional berada pada kisaran 4,7-5,5 persen. BI akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah, termasuk melalui stimulus fiskal pemerintah dengan stimulus makroprudensial dari Bank Indonesia, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, khususnya dari sisi permintaan domestik.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI tengah pekan lalu menilai dinamika perekonomian keuangan global berubah dengan cepat seiring meningkatnya risiko dan ketidakpastian akibat perubahan arah kebijakan moneter Amerika Serikat dan Amerika Serikat. meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. .

Inflasi yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang kuat di Amerika Serikat (AS) telah memicu spekulasi mengenai penurunan suku bunga Federal Reserve Funds Rate (FFR) yang lebih kecil dan lebih lama dari perkiraan, menurut pejabat Fed.

Perkembangan ini dan tingginya kebutuhan akan utang AS telah menyebabkan imbal hasil Treasury AS terus meningkat dan penguatan dolar AS secara global.

Penguatan dolar AS juga disebabkan melemahnya sejumlah mata uang global seperti yen Jepang dan yuan Tiongkok.

Ketidakpastian pasar keuangan global semakin parah seiring dengan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Akibatnya, investor global mengalihkan portofolionya ke aset yang lebih aman, khususnya dolar AS dan emas, yang menyebabkan pelarian modal dan melemahnya nilai tukar di negara-negara berkembang.

Lebih lanjut, Bank Sentral menilai risiko terkait penurunan FFR dan dinamika tensi geopolitik global perlu terus diwaspadai, karena dapat menyebabkan berlanjutnya ketidakpastian di pasar keuangan global, meningkatkan tekanan inflasi, dan menurunkan prospek perekonomian global. Pertumbuhan

Kondisi tersebut dinilai memerlukan respon politik yang kuat untuk mengurangi dampak negatif penyebaran ketidakpastian global terhadap perekonomian negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

BI: Penyaluran kredit baru tumbuh di Q1 2024

BI Perkuat Implementasi KLM untuk Tingkatkan Penyaluran Kredit

Koresponden: Citro Etomoco
Redaktur: Agus Salim
Hak Cipta © JurnalPagi 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *