Film Sheikh Mohammad Arsiad al-Banjiri resmi dirilis

Banjarmasin (JurnalPagi) –

Film yang mengisahkan kehidupan ulama ternama di Provinsi Kalimantan Selatan, Sheikh Mohammad Arsiad Al-Banjiri itu resmi diputar di Kuta Cinema Mall (KCM) Belda, Benjarmasin, Selasa.

Pemutaran perdana film produksi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalsel dibuka oleh Wakil Gubernur Kalsel H Muhidin didampingi pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Wakil Gubernur Kalsel H. Mohadin menyampaikan rasa syukurnya karena akhirnya film “Matahari Dari Bumi Banjar” diputar untuk mengenang tokoh spiritual yang lahir pada tahun 1710 dan wafat pada tahun 1812 di wilayah Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.

“Pelayanan dan dedikasinya (Sheikh Mohammad Arsiad al-Banjiri) untuk wilayah ini dan negara ini secara umum sangat baik,” kata Mohdin.

Banyak dari keturunan Rouhani yang mengarang kitab fikih “Sabeel al-Muhtideen” dari ulama besar seperti K.H. Muhammad Zaini bin Abd al-Ghani atau Guru Sakempel Martpura.

Mohadin berkata: Film tentang perjalanan dakwah ulama di Timur Tengah ini akan mengingatkan generasi penerus akan kehebatan ulama di tanah Banjar.

Termasuk Kesultanan Banjar saat itu, dimana Syekh Muhammad Arsiad al-Banjar sangat dihormati dan dipuja sebagai tokoh agama.

Cerita film diawali dengan kembalinya Syekh Muhammad Arsiad al-Banjar dari Timur Tengah ke Indonesia, sebelum ke tanah Banjar terlebih dahulu singgah bersama teman-temannya di tanah Batawi atau Jakarta.

Semenjak tinggal di Jakarta, Syekh Muhammad Arsiad al-Banjiri telah menunjukkan ilmunya, salah satunya mengoreksi arah kiblat masjid-masjid di sana, karena ia ahli astrologi atau perbintangan.

Di tanah Banjar, Syekh Muhammad Arsiad al-Banjar juga banyak mentransfer ajaran agama Islam ke dalam Fatwa aturan Syariah dan ditaati oleh masyarakat.

Hilda, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel, mengungkapkan film tersebut diproduksi menggunakan dana provinsi sekitar 4 miliar riyal dan bukan untuk tujuan komersial.

Syekh Muhammad Arsiad al-Banjiri merupakan sosok yang banyak berjasa bagi daerah Kalsel untuk Indonesia, sehingga diusulkan untuk menerima gelar Pahlawan Nasional.

Menurutnya, sesuai perintah Gubernur Kalimantan Selatan, Hessebin Noor, wajah ilmuwan ini harus diabadikan dalam film layar lebar agar dikenang atas jasa-jasa besarnya untuk negeri ini.

Menurutnya, film ini akan diputar kembali di Pusat Film Nasional Taman Ismail Marzouki di Jakarta.

Ia pun menjelaskan mengapa wajah Syekh Muhammad Arsiad al-Banjiri tidak ditampilkan secara live dalam film ini, karena sesuai dengan keinginan ahli warisnya.

“Namun nasehatnya untuk pendidikan masyarakat sangat berarti,” katanya.

Fadi Nouriel belajar agama lewat film

Tausiyah Cinta, Film Romantis dengan Selera Islami

Koresponden: Sukarli
Editor: Arafozon Saptiolda A

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *