Cockset: Game dengan kekerasan dan konten negatif harus dihapus

Anak memerlukan rangsangan positif untuk mengembangkan karakter yang baik seperti berakhlak mulia, kooperatif, dan bersatu

JAKARTA (JurnalPagi) – Direktur Jenderal Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Molyadi Ya Kak Seto mengatakan, game atau game yang mengandung kekerasan dan konten negatif sebaiknya dibersihkan, khususnya oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) yang memiliki izin. . Otoritas untuk ini

“Game dan konten digital yang mengandung unsur kekerasan harus dihilangkan. Kementerian Komunikasi dan Informatika punya sumber daya untuk itu. Jangan sampai terlambat,” kata Kak Seto dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.

Ia menambahkan, selain mengandung unsur kekerasan, konten negatif lainnya seperti pornografi dan radikalisme juga harus dijauhkan dari anak-anak.

Menurut dia, peningkatan kasus perundungan atau intimidasi Game yang mengandung gambar kekerasan membuat heboh anak-anak sehingga ia berharap pemerintah bisa berperan tegas dalam melindungi anak.

Dikatakannya, Anak-anak memerlukan rangsangan yang positif dalam perkembangannya agar dapat membangun karakter yang baik seperti memiliki karakter yang orisinal, gotong royong, persatuan dan sebagainya yang karakter tersebut dapat tumbuh dari konten atau sumber yang mereka konsumsi.

KPAI minta Kementerian Komunikasi dan Informatika memblokir game online yang berisi kekerasan
MPR: Tingkat Literasi Risiko Kekerasan Seksual di Game Online

Lanjutnya, karakter tersebut dapat dilatih melalui buku, lagu, acara televisi bahkan permainan sehingga jika di dalamnya terdapat unsur kekerasan maka akan menimbulkan karakter negatif pada diri anak.

intimidasi Kini bukan sekedar ejekan atau hinaan verbal, melainkan dalam bentuk kekerasan fisik. Klarifikasinya: Bahkan sangat tidak manusiawi dalam beberapa kasus, geng motor yang berakhir dengan kekerasan dan saling serang, kondisinya mirip dengan adegan atau tayangan sejumlah game atau film.

Ia mengatakan, untuk itu pemerintah khususnya Kementerian Komunikasi dan Informatika harus bertindak tegas.

Sementara itu, psikolog Stenny Pravitasari mengungkapkan beberapa permainan yang memadukan unsur video dengan unsur bertahan hidup, namun juga memiliki unsur pertarungan, memberikan dampak signifikan terhadap kesehatan mental dan emosional anak.

Game seperti Free Fire misalnya, mengandung adegan kekerasan ekstrem, termasuk perkelahian dan penggunaan senjata. Memainkan jenis permainan ini secara berulang-ulang dapat membuat anak-anak tidak peka terhadap kekerasan, sehingga mereka menjadi kurang peka terhadap konsekuensi nyata dari tindakan kekerasan. ” Dia berkata.

Trump menuduh video game menyebabkan kekerasan di dunia nyata
MUI Bahas Dampak Game Komputer Secara Umum

Dia berkata: Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara bermain game kekerasan dan peningkatan agresi pada anak-anak dan dalam lingkungan kompetitif seperti permainan. Pertempuran Royale (berkelahi), anak mungkin lebih rentan terhadap perilaku agresif seperti berkata kasar atau mengungkapkan kemarahan saat kalah dalam suatu permainan.

Menurutnya, tidak hanya pemerintah, peran orang tua juga sangat vital dalam menjaga kesehatan mental anak saat bermain game online, sehingga orang tua harus aktif memantau dan mengatur waktu anak dalam bermain game.

Dengan kerja sama pemerintah dengan undang-undang yang lebih ketat dan peran aktif orang tua dalam mengajarkan penggunaan game online secara bertanggung jawab, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang lebih aman dan sehat bagi anak-anak untuk tumbuh di era digital ini. Dia

Comfo Segera Matikan Game ‘Pukul Gurumu’
Mensos mengingatkan permainan kekerasan bisa berdampak pada anak

Koresponden: Lintang Budhyanti Paramswari
Redaktur: Budi Santoso
Hak Cipta © JurnalPagi 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *