Para ahli berikan tips kepada KPU untuk mengatasi serangan DDoS

Semarang (JurnalPagi) – Pakar keamanan siber Dr. Pratama Prasada memberikan saran (tips) kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) Indonesia untuk mengatasi serangan tersebut. Penolakan Layanan Terdistribusi (DDoS) Agar website utama penyelenggara pemilu tidak terkena serangan lebih lanjut oleh hacker.

Menurut Pratama, ada beberapa langkah untuk mengatasi serangan DDoS, antara lain meningkatkan kapasitas infrastruktur jaringan untuk menangani tingginya trafik dan mengantisipasi serangan siber yang ditimbulkannya. Situs web sedang down.

Namun sejak Rabu (14/2) sore, keadaan sangat tidak nyaman situs web “Akses ke KPU tidak dimungkinkan. Di situs web Anda

Langkah selanjutnya adalah melanjutkan Pratama dengan menggunakan layanan ini Jaringan Pengiriman Konten (CDN) atau jaringan pengiriman konten untuk mendistribusikan beban lalu lintas dan mengurangi dampak serangan.

Selain itu, menggunakan Firewall (Firewall) untuk memfilter lalu lintas masuk dan keluar, memblokir lalu lintas yang mencurigakan atau dari sumber yang tidak dikenal.

Pratama memandang penting bagi KPU untuk menerapkan filter lalu lintas yang dapat mendeteksi pola serangan DDoS dan memblokirnya sebelum mencapai target. Anda juga dapat menggunakan layanan perlindungan DDoS dari penyedia layanan keamanan siber untuk mendeteksi dan merespons serangan DDoS secara otomatis.

Menurut Prathama, langkah selanjutnya adalah menggunakan teknologi deteksi dan mitigasi serangan DDoS yang canggih untuk mengurangi dampak serangan, memiliki rencana manajemen darurat yang jelas dan terstruktur untuk merespons serangan DDoS dengan cepat dan efektif.

Dosen Pascasarjana Sekolah Tinggi Penerangan Negeri (STIN) ini mengatakan, website utama KPU tidak menampilkan hasil penjumlahan karena hasil penjumlahan melalui infopemilu.kpu.go.id.

Namun jika terjadi penyerangan pada situs utama KPU, maka situs utama tersebut tidak dapat diakses. Menurutnya, hal ini menimbulkan pertanyaan bagi masyarakat luas mengenai kemampuan dan kredibilitas tim Satgas Keamanan Siber KPU dalam mengamankan sistem KPU.

Justru akan semakin menimbulkan pertanyaan apakah sistem KPU lain akan tetap aman atau justru menjadi sasaran penyerangan berikutnya, kata Prathama yang juga dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) PTIK itu.

Dengan telah berakhirnya waktu pemungutan suara, menurut Prathama, ada baiknya tim IT KPU dan Satgas Keamanan Siber terus memantau lalu lintas jaringan untuk mengidentifikasi anomali atau pola lalu lintas yang tidak biasa yang mungkin menjadi indikasi serangan DDoS.

Kepala lembaga penelitian keamanan siber CISSReC menyarankan KPU untuk menggunakan alat analisis lalu lintas yang canggih untuk mengidentifikasi sumber dan pola serangan dan mengambil tindakan yang tepat.

Selain itu, lanjut Prathama, KPU juga bekerja sama dengan penyedia jasa internet atau Penyedia Layanan Internet (ISP) Untuk mengidentifikasi dan memblokir lalu lintas dari sumber yang mencurigakan.

Pratama yang pernah menjabat sebagai Ketua Tim Badan Sandi Negara (sekarang BSSN) Bidang Keamanan Teknologi Informasi (TI) KPU pada tahun 2014 mengatakan, “KPU sebaiknya mengembangkan solusi mitigasi bersama ISP untuk melindungi sistem pemilu dari serangan DDoS. ” pemilihan.

Reporter: D.Dj. Clevantoro
Editor: Eddie M.Jacob
Hak Cipta © JurnalPagi 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *