Prevalensi perawakan pendek di Goa adalah 33%

Gowa (JurnalPagi) – Pemerintah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, menggencarkan berbagai program pendampingan penanganan perawakan pendek untuk menurunkan prevalensi dari 33% menjadi 14%.

Raja Muda Goa, Adnan Purichetta Ichsan, mengarahkan perencanaan pembangunan secara langsung untuk mendorong program-program yang berfokus pada upaya pengentasan kemiskinan ekstrem dan penurunan prevalensi stunting di Goa.

Ia mengatakan: “Dalam upaya mendorong hal tersebut, tentunya pemerintah daerah berkomitmen untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Salah satunya dengan mengadakan musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) tematik.”

Adnan Poricheta mengatakan kemiskinan yang parah dan kurangnya pertumbuhan menjadi perhatian dan isu penting bagi pemerintah pusat di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Kabupaten Gowa.

Komisi IX DPR Perjuangkan Tambahan DAK Gowa untuk Atasi Stunting

BKKBN Sulsel mengapresiasi kerja sama Pemkab Gowa dengan USAID untuk mengatasi stunting.

Menurutnya, masalah perawakan pendek dan kemiskinan ekstrem sudah menjadi isu nasional dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ia juga menilai pandemi COVID-19 menjadi salah satu penyebab utama kemiskinan ekstrem di seluruh Indonesia, termasuk di Kabupaten Gowa.

“Pada masa pandemi Covid-19, semua daerah merasa ekonomi tidak jalan, inflasi tinggi, pengangguran tinggi dan PHK terjadi di mana-mana,” katanya.

Diakui Adnan, melalui panggilan tema ini perlu adanya rencana pembangunan yang menyasar kemiskinan ekstrim dan short growth agar dapat diselesaikan sesuai dengan kebijakan dan tujuan pemerintah pusat.

“Sekarang kita harus menyusun rencana pembangunan dan merumuskan strategi yang tepat agar kita dapat mengentaskan keluarga di wilayah Goa yang menderita kemiskinan ekstrim dan juga membebaskan mereka. Salah satunya adalah kerjasama satu sama lain, karena dengan “Kerjasama dapat meraih kesuksesan,” ujarnya.

Tidak hanya itu, masalah perawakan pendek juga bisa terjadi karena pola konsumsi atau nutrisi yang diberikan tidak tepat atau tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Perawakan pendek pun erat kaitannya dengan kemiskinan.

Masalah ini memerlukan campur tangan pemerintah, selain menerapkan model strategi untuk memberantas stunting, yang terpenting adalah data stunting harus benar-benar valid, karena jika melihat semua organisasi yang ada, tidak ada satu pun. kata Adnan.

Dia mengklarifikasi: Meskipun semua pihak memiliki rencana untuk mengatasi perawakan pendek, jika tidak dikonsolidasikan dengan baik, akan sulit untuk memberantas masalah ini.

Dikatakannya, “Rencananya sudah ada, tapi gerakan pemberantasan stunting belum dijalin dengan baik oleh semua ormas yang ada, karena kalau ini jadi, tidak akan ada yang namanya stunting. Jadi saya harap Musrenbang ini benar-benar mengkonsolidasikan gerakan. .” ” .

Sementara itu, Ketua BAPDA Kabupaten Gova Sujadan mengatakan, kegiatan tersebut merupakan bentuk dukungan kepada pemerintah daerah untuk mengurangi stunting dan mengentaskan kemiskinan ekstrem. Selain itu, pemerintah pusat mentargetkan tingkat kemiskinan ekstrim nol persen di semua wilayah pada tahun 2024, termasuk tingkat prevalensi stunting sebesar 14 persen.

“Ini merupakan upaya terpadu dan sinergis antara pemerintah daerah dan pusat untuk mengentaskan keluarga dari stunting dan kemiskinan ekstrem demi Goa yang lebih sejahtera, yang diharapkan dapat berkontribusi dalam penyelesaian rancangan rencana kerja Pemerintah Kabupaten Goa pada tahun 2024.” Dia berkata.*

KSAD berikan bantuan sosial kepada anak-anak yang terkena stunting di Goa

Wartawan : Moh. Hasanuddin
Editor: Arafozon Saptiolda A

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *