Tim ahli bedah saraf, Cortex Brain & Spine, berhasil melakukan operasi pengencangan wajah

Jakarta (JurnalPagi) – Tim ahli bedah saraf dari otak dan korteks tulang belakang berhasil melakukan hal tersebut. operasi hidup Operasi saraf pada pasien bernama Pinky (25), pasien hemifacial spasm (kejang wajah) asal Bandung, di Rumah Sakit “JIH” Yogyakarta, Sabtu (12/3).

Tim ini terdiri dari enam ahli bedah saraf yang tergabung dalam jaringan dokter Cortex, yaitu dr Rachmat Andi, dr Adigono Sorio, dr Diane Prestio, dr M. Sofianto, Dr. Agus Annab dan Dr. Gigi Paramono.

Operasi yang merupakan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) ini sekaligus menandai dibukanya Klinik Kortex JIH yang merawat dan memperbaiki gangguan pada otak, saraf dan tulang belakang.

Konsep jaringan dokter yang diusung Kortex tidak hanya memadukan jaringan dokter tetapi juga layanan klinik medis dengan layanan non-medis. Strategi ini dapat menghilangkan hambatan agar pelayanan kesehatan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia maupun di luar negeri.

Wajah terkulai pada penderita hemifacial spasm (HFS) akibat perlengketan antara saraf nomor tujuh yang berfungsi mengatur gerakan wajah, dan pembuluh darah di otak. Akibatnya, gerakan wajah menjadi tidak terkendali, wajah pasien terdistorsi.

Untuk mengembalikan gerakan wajah yang normal, tim dokter ahli dari Cortex mengoperasi batang otak Harleena menggunakan proses Medical Microvascular Decompression (MVD) dengan teknik keyhole atau pembedahan. Operasi lubang kunci.

Operasi ini dilakukan dengan bantuan mikroskop khusus dan alat pemantau di ruang operasi. Semua prosedur dapat dilihat langsung di monitor TV oleh keluarga pasien dan juga dapat berbincang langsung dengan tim dokter.operasi hidup).

“Waktu operasi berkurang hanya 70 menit, mengurangi waktu yang dihabiskan di rumah sakit,” kata Dr. Diane Prestio, anggota tim bedah saraf, dalam siaran pers Selasa.

Dengan begitu, dalam proses bedah saraf, tengkorak tidak perlu dibuka lagi, cukup dibuat lubang kecil berdiameter satu sentimeter di belakang telinga pasien.

Melalui lubang kecil seukuran lubang kunci, tim dokter ahli memisahkan saraf nomor tujuh dari korteks dengan mengikatnya dengan serat teflon agar tidak menempel di pembuluh darah.

Selain itu, melalui operasi langsung bermanfaat untuk memberikan informasi tambahan dan mengedukasi masyarakat bahwa dokter di Indonesia sangat terampil dan profesional dalam melakukan bedah saraf dengan risiko minimal.

“Juga untuk menghilangkan persepsi di masyarakat bahwa bedah saraf sangat berbahaya,” ujar dr. Rachmed Andy sebagai dokter penanggung jawab operasi pagi ini.

Cortex Brain Spine telah beroperasi sebanyak 4825 kali. Kasus yang ditangani antara lain trigeminal neuralgia (sakit gigi dan separuh wajah), hemifacial spasm (kejang wajah), cervical spondylosis (penekanan saraf di leher), lumbar spondylosis (penekanan saraf di punggung), tumor otak, stroke, dan kasus lainnya.

Layanan Tulang Belakang Otak Kortex disediakan oleh tim yang terampil, berpengalaman, dan berkomitmen untuk peningkatan pasien. Didukung oleh Asosiasi Otak dan Tulang Belakang Indonesia, yang memiliki lebih dari 45.000 anggota dan kantor di Surabaya dan Hong Kong.

Dr. JIH Yogyakarta mengatakan, “RS JIH Yogyakarta kini mampu memberikan layanan tersebut, sehingga pasien tidak perlu melakukan perjalanan jauh dan menghabiskan banyak uang untuk mengobati masalah saraf, otak, dan tulang belakang.” Sari Kusumastuti Sp.A sebagai President President Rumah Sakit “JIH” Yogyakarta.

Dokter: Faktor genetik bisa meningkatkan risiko skoliosis

PB-IDI Ungkap Dugaan Pelanggaran Etika ‘Cuci Otak’ Travan

Yayasan Badan Wakaf UII Bangun RS JIH di Purwokerto

Editor: Alviansia Pesaribo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *