Kami berusaha menata agar tempat karantina haji ini menarik sebagai kunjungan wisata heritage.
Banda Aceh (JurnalPagi) – Pemerintah Kota Sabang berupaya mengembalikan atau menghidupkan kembali Karantina Ziarah Nusantara yang telah lama ditinggalkan di Pulau Rubia Sabang agar bisa menjadi objek wisata heritage (bersejarah).
Pada Senin di Sabang, Wali Kota Sabang Reza Fahlavi mengatakan: Kami berupaya menata agar kawasan karantina haji menarik sebagai kunjungan wisata heritage.
Reza mengatakan, selama ini proyek revitalisasi didukung oleh Perhimpunan Arsitektur Indonesia. Mereka ingin membantu merancang renovasi.
Namun, kata Reza, mereka masih terkendala masalah anggaran. Hingga saat ini pihaknya masih mencari sumber dana yang dapat membantu untuk memperbaikinya.
Sebagai alternatif, lanjut Reza, peningkatan ini sebaiknya dialokasikan sebesar-besarnya melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sabang (APBK) atau bantuan Aceh kepada pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Agama (Kemnag).
“Kami sedang mencari sumber dana untuk menyelesaikan masalah ini, kalau tidak bantuan APBK, APBA, APBN, atau Kemenag. Intinya, kami usahakan semaksimal mungkin,” ujar Reza.
Gedung atau Situs Karantina Haji Indonesia di Pulau Rubie, Iboye, Kota Sabang, merupakan bangunan asrama haji pada masa penjajahan Belanda.
Pada tahun 1920, Pulau Rubiyeh digunakan sebagai tempat karantina bagi jemaah haji yang berangkat atau baru kembali dari menunaikan ibadah haji ke Mekkah.
Karantina Haji Pulau Rubia merupakan benda bersejarah dalam sejarah perjalanan haji Indonesia dan juga merupakan Pusat Karantina Haji pertama di Indonesia.
Di depan bangunan terdapat sebuah sumur tua sebagai tempat penampungan air yang digunakan para peziarah. Namun saat ini kondisi bangunan dan sumur tersebut sudah tidak terawat dan terbengkalai.
Pulau Rubieh antara sejarah dan wisata
Keman Perkraft kembangkan potensi wisata kuliner lokal di Sabang
Wisata diving di Sabang kembali on track pasca meredanya COVID-19
Koresponden: Rahmat Fajri
Editor: Ahmad Bochuri