Perawat ini menjelaskan beberapa cara untuk memperkuat kesehatan mental anak penderita kanker

Agar anak merasa bahwa saya tidak sendirian. Jadi ada teman saya yang memiliki pengalaman yang sama dengan saya dan berhasil bertahan

JAKARTA (JurnalPagi) – Kepala ruang anggrek Rumah Sakit Anak Ibu Harapan Keita (RSAB), Beta Handayani Mukti mengatakan, anak-anak yang menjalani pengobatan kanker bisa dikenalkan dengan pasien kanker lain seusianya untuk menunjang semangatnya. . kesehatan.

“Biarkan anak itu merasakan bahwa aku memang demikian TIDAK Begitulah, ada teman saya yang mengalami seperti saya dan bisa Bertahan hidupkata Bita dalam acara ‘Care After Chemotherapy’ yang disiarkan Rumah Sakit Anak Bunda Harapan Keita Jakarta.

Hal ini ia sampaikan sebagai respons terhadap bagaimana membuat pasien kanker kecil tetap bahagia dan bebas stres selama menjalani kemoterapi.

Menurut perawat ini, untuk menjaga kepuasan pasien kecil selama menjalani perawatan, kerja sama antara petugas kesehatan dan penghuni rumah seperti orang tua, saudara, dan pengasuh sangat penting. Ia mengatakan, selain mengenalkan dirinya pada teman-temannya yang mengidap kanker, ia juga mengajak pasiennya bermain.

Ia berpendapat, dukungan yang sebaiknya diberikan bukan hanya dukungan fisik seperti selalu bersama anak, namun juga dukungan spiritual. Lanjutnya, selain itu, orang tua juga bisa memberikan dukungan terhadap anak yang kehilangan rasa percaya diri akibat rambut rontok pasca kemoterapi.

Dokter Anak Ungkap Beberapa Gejala Kanker pada Anak
Dokter: Memar dan pucat tanpa sebab yang jelas bisa jadi gejala awal kanker pada anak.

Ia mengatakan, orang tua dapat menjelaskan kepada anak bahwa rambut rontok bersifat sementara dan rambut mereka akan menjadi lebih tebal dan indah.

“Jadi kalau rambutnya rontok, sebaiknya dipotong pendek saja,” kata Beta.

Menurutnya, ada cara kreatif untuk mengatasi permasalahan rambut, seperti memakai syal atau sorban, atau bahkan memakai wig cantik, yang dilakukan sejumlah pasien di Angregak.

Dia berkata: Sementara itu, mendukung remaja sedikit berbeda mengingat sebagian besar dari mereka adalah remaja berpikir secara berlebihan (berpikir secara berlebihan). Menurut Beta, mereka terkadang merasa sedih karena tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi mereka yang memiliki banyak aktivitas di sekolah karena harus fokus pada penyembuhan dan istirahat.

Dalam kasus remaja seperti ini, lanjutnya, orang tua dapat membantu dengan memahami bahwa pengobatan penting untuk kesembuhan mereka dan proses tersebut tidak berlangsung selamanya. Ada saatnya mereka terbebas dari kemoterapi dan dapat melanjutkan aktivitas normal.

Para Ahli Sebut Faktor Genetik Jadi Penyebab Utama Kanker pada Anak

Koresponden: Makkah Yumna Ning Prisieh
Editor: Risbani Fardanieh
Hak Cipta © JurnalPagi 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *