Masyarakat untuk Perlindungan Budaya membahas pengajuan kebaya ke UNESCO

Jakarta (JurnalPagi) – Lembaga Perlindungan Budaya yang tergabung dalam tim Hari Kebaya Nasional menggandeng Badan Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) untuk berkolaborasi menggelar diskusi langkah-langkah pengajuan kebaya ke UNESCO sebagai Dunia Warisan budaya.

Perwakilan dari Dewan Pertimbangan Presiden (Vantimpress), Kementerian Luar Negeri, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, dan UNESCO hadir dalam diskusi ini.

Putri Koswisno Vardani, salah satu anggota Wantimpres mengatakan, pada dasarnya setiap orang menginginkan warisan budaya Kebaya tetap lestari, hingga semua orang bisa duduk bersama untuk mencari solusi.

Putri mengatakan idealnya lebih baik masuk ke Indonesia nominasi tunggalNamun, kata dia, semua opsi itu masih tunduk pada kebetulan Malaysia yang sudah berinisiatif dan berkonsultasi dengan Thailand, Singapura, dan Brunei Darussalam.

“Kita tidak akan pernah tahu jika kita tidak masuk. Jadi Keterlibatan bersama juga harus dipertimbangkan. Kalaupun tidak dibatasi, masih ada waktu hingga 2023 untuk mengambil keputusan, kata Putri dalam siaran pers PANDI, Kamis.

Parade 1.000 Kebaya Hiasi Festival ‘Lengang Bali Perthwi’

Putri mengatakan, ini bukan pertemuan pertama antara penjaga kebaya dan sudah ada beberapa pembicaraan sebelumnya.

“Apa yang Indonesia inginkan? Dan bagaimana strateginya? Apakah kita mau ikut pendaftaran (nominasi bersama)? Apakah kita melakukannya sendiri (nominasi tunggal)? Peluangnya apa saja,” kata Putri.

Senada dengan Putri, ketua tim Hari Kebaya Nasional, Lana T. Kontjuro menjelaskan bahwa diskusi kali ini bertujuan untuk menyatukan persepsi di kalangan pelestari kebaya. Jadi memiliki visi dan misi yang sama dan Anda dapat mengadopsi sikap pamungkas.

“Jadi hari ini diskusi bersama untuk sosialisasi,” terangnya, “karena mungkin kita perlu masukan dulu untuk menentukan langkah apa yang harus diambil, apa yang terbaik untuk ini. Itu sudah bagian dari proses itu.”

Dua pilihan

Wakil Presiden PANDI Heru Nugroho menyarankan agar Indonesia segera memutuskan bergabung dengan Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand dalam pengiriman kebaya ke UNESCO.

Hal senada diungkapkan beberapa perwakilan komunitas dan lembaga yang hadir, antara lain Ahli Waris Kebaya Labuh, Pewaris Kebaya Kebaya, Komunitas Wanita Kebaya (KPB), Wanita Berkebaya Indonesia (PBI) dan Wanita Indonesia Maju (PMI).

Lalu, Persatuan Kebaya Indonesia (KNIB), Nan Tara Lovers, Ibu Pertiwi Indonesia, Cinta Budaya Indonesia (CBN), Kartini Sitra Indonesia (CIRI), RAMPAK SARINAH, Sarina Institute, Ratna Clothing Association, Sekar Ayu Jiwanta, Traditions Association Oral, Diajang Society , Paguyuban Kebaya Kranchang, Pusaka Melayu, Institut Adat Riau, Sanggar Lembayong, Paguyuban Ratna Busana, dan Dewan Kesenian Kepulauan Riau.

“Kalau Indonesia tidak masuk dalam kelompok calon yang diumumkan keempat negara itu, akan sangat rumit untuk menjelaskannya ke publik,” kata Herro. nominasi tunggal Itu juga dapat ditawarkan secara terpisah.

Hero menambahkan, semua pihak harus menyadari konsekuensinya, karena tidak cukup hanya mendasarkan kecintaan pada kebaya dan menyelenggarakan berbagai acara kebaya.

“Karena juga harus mengumpulkan data dari sumber primer yang berbeda untuk dijadikan referensi primer proposal,” pungkas pria yang terlibat dalam menghadirkan Pencak Silat sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Ini bukan tugas yang singkat dan mudah.” .

Kebaya diusulkan sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO

Kemenkop memfasilitasi 30 anggota PBI untuk membina pelaku UMKM fashion

Menteri Bintang: Peran perempuan penting dalam melestarikan budaya

Koresponden: Sorianto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *