Komunitas ini mengajak anak muda untuk bangga mengenakan kebaya

Jakarta (JurnalPagi) – Persatuan Wanita Kebaya Indonesia (PBI) mengajak para wanita muda Indonesia untuk bangga saat mengenakan kebaya.

“Kita bisa melestarikan budaya bangsa kita dari Kebaya. Kami ingin membuat pakaian remaja, cobalah kebaya. Jangan merasa pakai kebaya itu ribet, kata Rahmi Hedayati, Ketua PBI di Jakarta, Kamis.

Ia menambahkan, “Kami ingin mengajak mereka untuk mencoba kebaya yang nyaman dan memberikan efek yang baik, terutama secara psikologis, sehingga mereka akan jatuh cinta dengan kebaya di kemudian hari.”

Lebih lanjut Rahmi mengatakan, dalam memperingati Hari Ibu yang jatuh pada hari ini, masyarakat juga ingin menekankan peran perempuan dalam pembangunan negara.

Kebaya diusulkan sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO

Ini menyusul peringatan kongres perempuan pertama di Indonesia yang digelar pada 22-25 Desember 1928 atau 94 tahun lalu.

Dalam kongres tersebut, para pejuang perempuan berkumpul di Yogyakarta untuk membahas agenda besar bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan.

“Peran perempuan sangat penting bagi pembangunan negara. Mereka berjuang bahkan sebelum kemerdekaan. Mereka berkumpul di Yogyakarta untuk kongres perempuan pertama. Yang mereka bicarakan adalah bagaimana mempertahankan dan menggerakkan Indonesia untuk maju.

Untuk itu, lanjutnya, komunitas PBI mengadakan diskusi “Ibu dan Kebaya” di Sarina, Jakarta. Diskusi ini membahas beberapa isu terkait kebaya dan budaya.

Selain itu, rangkaian acara dilanjutkan dengan penampilan tari, fashion show dan pembacaan puisi.

Rahmi pun berharap kehadiran Kebaya terus dipertahankan oleh anak muda Indonesia. Selain itu, pemerintah baru-baru ini sepakat untuk mencalonkan Kebaya sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO melalui mekanisme “nominasi tunggal” tanpa partisipasi negara lain dalam proses pengajuan.

Indonesia memutuskan untuk memilih metode nominasi tunggal, mengingat saat ini Indonesia memiliki kasus siklus aktif yaitu Budaya Sehat Jammu yang akan dibahas di IGC ICH UNESCO tahun 2023.

dan tiga file tidak aktif Siklus (Usulan dokumen sudah diterima oleh UNESCO ICH, namun belum masuk dalam agenda pembahasan pertemuan IGC ICH) yaitu Reog Ponorogo, Tenun, dan Tempe. Setiap aplikasi membutuhkan waktu sekitar dua tahun untuk diakui oleh UNESCO.

KJRI Penang Gelar Parade ‘Kebaya Goes to UNESCO’

Indonesia Masih Bimbang Undangan Ikut Pengajuan Kebaya ke UNESCO

Masyarakat Pelindung Budaya Bahas Pengajuan Kebaya ke UNESCO

Koresponden: Arnidhya Nur Zhafira

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *