Gen Z dianggap memiliki pengetahuan untuk menguji keakuratan informasi media sosial

Jakarta (JurnalPagi) – Ketua Komisi Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Dewan Pers, Paulos Teri Agong Cristanto menilai sebagian anggota Generasi Z memiliki pengetahuan yang cukup untuk menguji keaslian informasi yang berasal dari media sosial dengan menggunakan arus utama. . Media sebagai rujukan

“Hanya sedikit yang teruji validitasnya, teruji kebenarannya menggunakan media arus utama. Dan ini yang juga harus dipahami oleh para pimpinan media arus utama,” kata Agong saat ditemui awak media di Jakarta, Senin.

Menurut Agong, kelompok pemuda ini sebenarnya lebih banyak Digital cerdas atau literasi teknologi digital dan penggunaan perangkat ponsel pintar Dapatkan mereka melalui media sosial. Selain itu, kehadiran media arus utama yang sudah menggunakan media sosial tidak hanya untuk mendistribusikan konten, tetapi juga untuk mengubahnya menjadi platform baru, didukung.

“Saat ini ada beberapa media yang tidak menggunakan, misalnya InstagramPresentasi Konten (berita) atau sebagai tempat tidur, latar belakang sedang. Agong mengatakan: Generasi Z semakin berinteraksi dengan media.

Meski media sosial menjadi sumber informasi pertama yang diakses Gen Z, Wakil Presiden Asosiasi Hubungan Masyarakat Indonesia (PAFI) Sofian Herbow mencatat bahwa saat ini sudah banyak media arus utama yang memproduksi konten dengan standar jurnalistik yang kemudian dipublikasikan melalui media sosial. Oleh karena itu, media arus utama terus memainkan peran penting.

Survei agensi hubungan Masyarakat Praxis menunjukkan bahwa Instagram (77%), YouTube (68%), Twitter (64%), dan TikTok (63%) adalah platform sumber informasi yang paling sering dikonsumsi oleh Gen Z. Media online dalam hal ini pers arus utama juga menjadi sumber informasi yang diakses oleh Gen Z sebesar 54%.

Selain itu, Gen Z juga percaya bahwa kelengkapan informasi yang diperoleh (81%) lebih penting daripada kecepatan informasi (28%).

“Karena mereka menerima banjir informasi, kecepatan tidak lagi penting bagi mereka. Yang penting akurasi dan kelengkapan informasi,” kata Sufian.

Sufian juga percaya bahwa Gen Z sadar dan peduli terhadap isu-isu yang sedang terjadi, termasuk isu penegakan hukum. Hal ini juga diperkuat oleh survei Praxis yang menunjukkan bahwa 90,80% Gen Z merasa implementasi undang-undang eksekutif pemerintah pusat di Indonesia masih belum memuaskan.

“Mereka cukup melek untuk mengkategorikan, menyeleksi, dan kemudian menerapkan standar etika yang tinggi terhadap fenomena yang terjadi,” ujarnya.

“Jadi, dia memilah-milah informasi apa yang dia pilih. Kemudian dia menerapkan kriteria moral, ‘Ini saya, saya tidak akan bergabung dengan yang buruk,’” kata Sufian.

Dewan Pers dorong media bangun kepercayaan publik terhadap kualitas konten

Kritik editor India terhadap tindakan pemerintah dalam memantau berita online

Organisasi kesehatan kritik maraknya iklan rokok di jejaring sosial

Koresponden: Rizka Kharonisa
Diedit oleh: Aida Nurjahani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *