DKI Jakarta telah menyiapkan sistem teknologi kecerdasan buatan untuk mengatasi kemacetan

…dimana membuka asal usul keramaian

JAKARTA (JurnalPagi) – Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta menyiapkan sistem yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence. kecerdasan buatan (AI) Dengan bermitra dengan perusahaan teknologi swasta untuk membantu mengurangi kemacetan lalu lintas di ibu kota.

Emanuel Cristanto, Kepala Unit Pengelola Sistem Pengendalian Lalu Lintas Dinas Perhubungan DKI Jakarta mengungkapkan, AI siap beroperasi pada 2023 dengan menganalisis beberapa titik di persimpangan lalu lintas yang kerap mengalami kemacetan.

“Kami tidak berharap lalu lintas segera berakhir. Tidak akan sejauh itu. Dari data analisis, kami ingin mencari dan menemukan sumber lalu lintas,” kata Emanuel dalam konferensi pers di Jakarta. Rabu.

Sentuhan Teknologi Mookervart IPA untuk Pengelolaan Air Minum DKI

Teknologi kecerdasan buatan yang digunakan untuk proyek ini adalah sebagai berikut: Mempelajari mesin dan juga Awan .

Proyek tersebut bernama Green Light, dan DKI Jakarta merupakan kota pertama di Asia Tenggara yang menggunakan kecerdasan buatan untuk membantu menganalisis kondisi kemacetan kota.

Emanuel juga berharap selain dapat mengurangi kemacetan, penggunaan kecerdasan buatan dapat membantu masyarakat dalam hal konsumsi bahan bakar mobil dan membantu mengurangi polusi.

Pihak swasta yang bekerja sama dalam proyek Lampu Hijau adalah Google Indonesia, dan hal ini ditegaskan dalam nota kesepahaman yang ditandatangani pada November 2022.

Skema ini sudah diterapkan di beberapa kota yang sering menjadi tempat ramai di negara lain.

Salah satu contoh keberhasilan proyek ini adalah di kota Bangalore, India, dengan bantuan efisiensi pemindahan hingga 20% dari kondisi kemacetan normal.

Malam HUT Jakarta Perpaduan Unsur Tradisional dan Teknologi

Menariknya, kecerdasan buatan yang digunakan tidak memerlukan biaya tambahan saat bekerja dan dapat memberikan rekomendasi yang juga efektif dalam praktiknya.

“Teknologi kecerdasan buatan memungkinkan Google menganalisis data tanpa sensor tambahan atau bahkan mengubah infrastruktur, sebelum mengirimkan rekomendasi ke lembaga kota yang kemudian menerapkan cara untuk mengoptimalkan pengaturan,” kata Yossi Mathias, wakil presiden teknik dan penelitian Google.

Kemacetan di ibu kota Jakarta semakin terasa, apalagi aktivitas di luar ruangan dibatasi di tengah pandemi COVID-19.

Padahal, kondisi lalu lintas di Jakarta sangat menurun selama ini, seperti yang terlihat dalam indeks yang diterbitkan oleh TomTom Index, yang menunjukkan bahwa Jakarta akan menduduki peringkat ke-46 paling padat di dunia pada tahun 2021.

Mengingat Jakarta menduduki peringkat kota tersibuk keempat di dunia pada tahun 2017, situasi ini dapat dikatakan jauh lebih baik.

Kerja Sama DKI-Korea di Bidang Teknologi Informasi

DKI kelola sampah dengan teknologi digital

DKI Kembali Promosikan JaKi untuk Ikut Kompetisi Teknologi Asia-Pasifik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *