Seniman Palembang tak kenal lelah memperjuangkan bangunan artistik

Palembang (JurnalPagi) – Para seniman di Palembang, Sumatera Selatan membutuhkan gedung atau tempat seni untuk berkarya dan tampil guna memaksimalkan hiburan dan bakat seni mereka.

Saat ini, para seniman kota menggunakan rumah tempat mereka tinggal untuk bekerja, sementara mereka harus menyewa atau meminjam gedung pertemuan milik organisasi pemerintah untuk pertunjukan dan pameran lukisan.

Salah satu seniman Palembang, Ali Guik mengatakan, gedung seni merupakan kebutuhan mendesak untuk memfasilitasi seniman dan tokoh budaya dalam berkarya.

Sebagai ilustrasi pameran puisi dan seni lukis, dua seniman senior Iqbal G. Permana dan Fair Azwar akan memajang karyanya dengan pinjaman dari pimpinan stasiun RRI Palembang pada akhir tahun 2022.

Dengan peminjaman Gedung Serba Guna RRI, Iqbal J. Parmana dan Phir Azwar, dua perupa yang memiliki orientasi karya serupa, bisa mengekspresikan karyanya.

Kedua seniman ini menikmati puisi dan lukisan bertema ekologis sungai, lembah, perahu, burung, ikan, hutan bakau, alam pesisir, dan kondisi pedesaan.

Para seniman mempresentasikan puisi dan lukisannya dalam pagelaran seni bertema “Semangat Lingkungan” di Aula RRI Palembang.

Untuk memfasilitasi para seniman yang melakukan pameran seni dan seni, pemerintah kota Palembang saat ini sedang berupaya membangun gedung khusus bagi para seniman untuk berkarya dan tampil dengan memanfaatkan gedung balai pertemuan yang kini terbengkalai di kawasan Sekank atau di sebelah Benteng Koto Besak. (BKB).

Perjuangan para seniman yang tergabung dalam Ikatan Seniman Palembang ini diharapkan mendapat dukungan dari Wali Kota Palembang Harnojio sehingga ke depan para seniman tidak perlu khawatir untuk menyewa dan meminjam tempat untuk pameran seni rupa. .

Sementara itu, perupa lain bernama Webri Ellintani mengatakan, dirinya dan kawan-kawan tetap semangat berkarya dan berkarya dalam kondisi minimnya sarana dan prasarana kesenian.

Untung ada aula RRI. Jika mereka harus menyewa hotel tentu saja mahal dan mereka tidak mampu membelinya. Pinjaman gratis tersebut dapat digunakan untuk pembacaan puisi dan pajangan 30 lukisan karya Phir Azwar dan 23 karya Iqbal G. Parmana yang semuanya bertema lingkungan.

rapat umum

Di ibu kota provinsi Sumatera Selatan itu, seniman dan budayawan itu mengimbau Wali Kota Palembang Haranjoyo menyediakan gedung seni sebagai wadah kreativitas dan ekspresi.

Untuk memperjuangkan gedung kesenian tersebut, para seniman dan budayawan yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Cagar Budaya (AMPCB) menggelar aksi unjuk rasa mendatangi Pemkot Palembang, Kamis (2/9).

Budayawan Palembang Webri Al Lintani mengatakan sebelumnya pada awal Februari 2023, AMPCB Palembang telah menggelar aksi damai untuk meminta Wali Kota Palembang Harenjoyo menyerahkan balai masyarakat di Kecamatan Sekanak kepada gedung cagar budaya untuk dijadikan gedung kesenian. .

Sampai saat ini, rumah masyarakat tersebut sudah bertahun-tahun terbengkalai, terbengkalai dan kosong.

Melihat situasi tersebut, Koalisi Peduli Cagar Budaya Palembang pun melakukan investigasi untuk membawa kasus perusakan Balai Sidang Palembang ke ranah hukum.

“Kemarin kami mengadu ke Wali Kota Palembang karena darurat cagar budaya,” kata Webery. Sebelum mengambil tindakan terhadap pemerintah kota, kami berkumpul di aula pertemuan dan sangat terkejut melihat situasinya sangat terpengaruh.

Sementara seniman Ali Guik menambahkan, balai pertemuan merupakan cagar budaya yang masuk dalam kawasan cagar budaya Benteng Kuto Besak (BKB) dan terletak di belakang kantor Wali Kota Palembang yang harus dijaga dengan baik.

Untuk itu, pasca penyerahan darurat cagar budaya kepada Pemerintah Kota Palembang, AMPCB akan terus beraksi secara bergelombang dengan massa yang lebih besar.

Selanjutnya akan menyurati Presiden Joko Widodo dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Dirjen Kebudayaan RI, Tim Ahli Pusat Cagar Budaya (TACB) dan Sumsel VI . Balai Cagar Budaya meninjau langsung keadaan Balai Sidang Palembang.

Kecamatan Benteng Kuto Besak (BKB) dikenal sebagai sebuah kecamatan Masyarakat Dibangun pada masa Karesidenan Palembang tahun 1928, terletak di sebelah barat Benteng Koto Besak, tepatnya di Jalan Sekanak, Kecamatan Bukit Kecil.

Di dalam kawasan masyarakat Terdapat tiga bangunan, pertama dua bangunan antara Jalan Sekank dan Jalan Bari, bangunan utama menghadap Jalan Sekank, sedangkan bangunan kedua menghadap Jalan Bari.

Selain itu, bangunan utama yang sekarang dikenal juga sebagai balai tentara atau rumah bola ini digunakan oleh Belanda sebagai teater (schouwburg) dan kegiatan hiburan seperti pesta dansa.

Kemudian pada zaman Belanda menjadi Bioskop Luxor (1928) dan Bioskop Mustika (1970) pada zaman kemerdekaan.

Sedangkan di belakangnya, terdapat gedung yang kini menjadi sekretariat Putra Putri Himpunan Keluarga Tentara (Hippacad).

Kemudian bangunan yang menghadap ke Sungai Musa atau Jalan Sultan Mahmud Badr al-Din II ini dikenal dengan nama Assembly Hall atau Gedung Pamong Praja.

Ali mengatakan, kedua bangunan ini dibangun dengan gaya arsitektur Art Deco.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Palembang Agus Rizal dan Pakar Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Walikota Zanaria mengatakan, apa yang disampaikan AMPCB akan dipelajari dan didiskusikan bersama.

Mengenai warisan budaya dan hal-hal yang berkaitan dengan formula TACB, pihaknya akan membentuk tim 70% dari akademisi, sejarawan, budayawan dan 30% dari pemerintah.

Sedangkan untuk gedung Balai Sidang/KBTR, pihaknya bersama Dewan Kesenian (DKP) Palembang sedang menggarap gedung tersebut sebagai taman budaya.

“Nanti kami informasikan lagi ke Wali Kota Harnjoyo, mudah-mudahan dengan forum seperti ini bisa segera mendapat jawaban positif,” kata Agus.

Terkait perusakan benda cagar budaya di kota Palembang yang dikeluhkan para seniman dan budayawan, ia mengecam keras hal tersebut.

“Untuk menjaga benda cagar budaya di Tanah Sriwijaya, kami mohon dukungan para seniman, budayawan dan semua pihak untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan benda cagar budaya yang ada di Palembang,” kata Agus.

Meminta dukungan DPR

Para seniman dan budayawan di Palembang meminta dukungan anggota DPRD setempat dalam mendesak Walikota Harnojoyo untuk membuat gedung seni sebagai wadah kreativitas dan ekspresi.

Untuk meminta dukungan DPRD Kota Palembang dalam memperjuangkan gedung kesenian, puluhan seniman dan budayawan yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Cagar Budaya (AMPCB) kembali menggelar aksi damai di gedung DPRD Palembang. 17/2).

Dalam sambutannya, budayawan Palembang Webri Al Lintani meminta kepada pemerintah kota Palembang, dalam hal ini Walikota Harnojio, untuk fokus pada pelestarian cagar budaya sesuai dengan amanah yang diberikan pada saat peresmian daripada mengembangkan dan mempromosikan karyanya di tempat lain. .

Meminta Pemkot Palembang segera mengganti Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) yang didominasi unsur Pemkot Palembang dengan yang lebih kompeten dan efisien.

Meminta Pemkot Palembang mengembalikan gedung balai pertemuan sebagai cagar budaya berdasarkan ketentuan UU No 11 Tahun 2010.

Meminta Wali Kota Palembang Harnojoyo untuk menggunakan Balai Pertemuan (dulu KBTR) sebagai pusat seni dengan nama Gedung Kesenian Palembang sesuai dengan fungsi aslinya saat gedung tersebut diberi nama. masyarakat Koordinator aksi mengatakan dibangun selama berada di Palembang.

Ia menjelaskan, sangat miris melihat ibu kota provinsi Sumsel ini sebagai kota tua tanpa gedung kesenian untuk memfasilitasi seniman dan budayawan melakukan kegiatan seni budaya.

Untuk memperjuangkan wadah kreativitas dan ekspresi, para seniman dan budayawan asal Tanah Sriwijaya melakukan pendekatan ke pemerintah kota Palembang bahkan beberapa kali menggelar aksi unjuk rasa damai, namun sejauh ini belum mendapat tanggapan positif.

Saat menyambut peserta aksi damai, Ketua Komisi IV DPRD Palembang Dutta Wijaya Sakti mengatakan, pihaknya mengapresiasi keinginan yang disampaikan teman-teman yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Cagar Budaya Palembang.

Cita-cita seniman dan budayawan akan dibahas dan disampaikan kepada Wali Kota Palembang Harnojoyo.

“Semua keinginan yang disampaikan kepada Jinnah akan kami sampaikan dan dibicarakan lebih lanjut dengan Kepala Dinas Kebudayaan Kota Palembang dan Walikota Harnojiwo,” ujar Ketua Komisi IV DPRD Palembang.

Gedung seni diperlukan sebagai tempat bagi para seniman dan budayawan untuk menampilkan kreasi seni mereka seperti drama, teater, film, sastra, dan lain-lain.

Dengan aksi damai yang terus dilakukan dan dukungan wakil rakyat, diharapkan upaya para seniman dan budayawan kota Palembang untuk memiliki gedung kesenian sendiri dengan memanfaatkan gedung cagar budaya, balai masyarakat di kawasan Benteng Koto Besak (BKB), akan diperhatikan oleh pemerintah kota palembang dan segera disetujui penggunaannya. Sebuah bangunan cagar budaya lama yang kini terbengkalai.

Editor: Masukkan M. Astro

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *