Dari perhitungan tersebut akan ditentukan seberapa efektif air terserap ke dalam tanah atau mengalir ke air permukaan.
Jakarta (JurnalPagi) – Guru Besar Universitas Sudirman (Unsoed) Dr Indra Permanajati mengatakan program perencanaan penanggulangan bencana memerlukan dukungan data yang komprehensif dan terukur sebagai acuan dalam menyusun upaya pengurangan risiko bencana.
“Dengan data yang komprehensif dan terukur, rencana mitigasi dapat ditetapkan lebih tepat dan akurat,” kata Indra Permanajati, Jumat saat dihubungi dari Jakarta.
Koordinator Bencana Geologi Pusat Penanggulangan Krisis Unsoed mencontohkan, ketika terjadi bencana meteorologi basah di suatu daerah, sebaiknya dilakukan pengamatan dan penelitian yang cermat terkait bencana tersebut.
Dikatakannya: Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk mengetahui penyebab bencana, misalnya faktor curah hujan dan perubahannya, perhitungan infiltrasi tanah, analisis pori batuan, laju serapan akar tanaman dan perhitungan tingkat intensitas tanaman di luas wilayah.
Kemudian, faktor topografi, kemiringan, dan pelapukan batuan dapat menjadi faktor penting untuk perhitungan.
“Dari perhitungan tersebut, akan terlihat berapa banyak air yang efektif terserap ke dalam tanah atau mengalir ke perairan permukaan,” ujarnya.
Jokowi: Konservasi air untuk pengurangan bencana menjadi prioritas WWF
Dikatakannya: Perlu juga dihitung besarnya serapan tanah dan intensitas tanaman untuk menghitung daya serap tanaman saat hujan dan efektifitas tanaman untuk mencegah erosi dan longsor.
“Hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk melakukan tindakan mitigasi ke depan, seperti laju infiltrasi tanah dapat menghitung jumlah air yang masuk ke permukaan sebagai air permukaan.Melarikan diriIa mengatakan: Daya serap tanaman akan dapat menghitung jumlah air yang masuk ke dalam tanah.
Indra juga mengatakan, bencana air dan cuaca basah merupakan bencana alam yang sering terjadi saat musim hujan.
Beliau mencontohkan: Meskipun penyebab bencana dapat dijelaskan secara kualitatif mengenai penyebabnya, namun belum banyak pekerjaan yang dilakukan dalam perhitungan kuantitatif atau dengan menghitung angka.
Perhitungan numerik atau kuantitatif diperlukan untuk menentukan penyebab bencana, katanya, yang penting untuk rencana mitigasi ke depan terkait dengan kebijakan yang akan dibutuhkan.
Dikatakannya: Melalui data yang lengkap dan akurat dapat dijadikan acuan bagi pemerintah dalam menyusun rencana penanggulangan bencana, dan diharapkan dapat menggiring masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya penanggulangan bencana.
Kemenko PMK: Sosialisasi langkah mitigasi bencana harus diperkuat
BMKG akan dirikan kantor pusat terpadu di NTT untuk genjot penanggulangan bencana
Koresponden: Wuryanti Puspitasari
Editor: Risbani Fardanieh