Peneliti: Serapan tenaga kerja di Jakarta Selatan relatif kecil

Penyerapan Tenaga Kerja di Jakarta Selatan Didominasi oleh Sektor Jasa

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Andry Satrio Nugroho, mengungkapkan bahwa serapan tenaga kerja di wilayah Jakarta Selatan relatif kecil karena didominasi oleh sektor jasa. Sebaliknya, sektor manufaktur memiliki daya serap yang lebih besar.

Sektor jasa mencakup berbagai aktivitas ekonomi yang tidak melibatkan produksi barang fisik, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, perbankan dan keuangan, transportasi, logistik, dan teknologi informasi dan komunikasi. Namun, sektor jasa membutuhkan keahlian dan ketrampilan yang lebih spesifik, sehingga penyerapan tenaga kerja di Jakarta Selatan menjadi terbatas.

Andry menjelaskan bahwa perekonomian Jakarta Selatan didorong oleh sektor jasa, sehingga membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian tinggi. Namun, pasar tenaga kerja tidak cukup besar untuk menyediakan tenaga kerja dengan keahlian yang spesifik. Salah satu faktor penyebabnya adalah tingkat pendidikan yang masih rendah dan tingkat keterampilan yang harus tinggi.

Bursa kerja yang diselenggarakan di Jakarta Selatan juga tidak berdampak besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Mayoritas tenaga kerja di Jakarta Selatan merupakan penduduk dari kota-kota penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek), bahkan ada yang berasal dari luar penyangga.

Selain itu, Jakarta Selatan memiliki ekonomi yang tidak didominasi oleh sektor manufaktur, sehingga tidak mampu menyerap tenaga kerja sebanyak wilayah lain yang sektor utamanya adalah manufaktur. Sebab, sektor manufaktur biasanya memiliki penyerapan tenaga kerja yang cukup besar.

Meskipun demikian, Suku Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi (Sudin Nakertransgi) Jakarta Selatan telah berhasil menyerap 316 tenaga kerja dari dua kali kegiatan bursa kerja yang diselenggarakan sepanjang tahun 2023. Bursa kerja tersebut diikuti oleh 5.362 pencari kerja.

Fidiyah Rokhim, Kepala Sudin Nakertransgi Jakarta Selatan, berharap bahwa bursa kerja dapat membantu para pencari kerja dalam mencari pekerjaan, membuka lapangan kerja, serta mengurangi tingkat pengangguran di DKI Jakarta, khususnya di Jakarta Selatan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga terus berupaya mencarikan pekerjaan untuk warganya melalui berbagai program, seperti bursa kerja, pelatihan kerja, keterampilan, dan program Jakpreneur.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) DKI Jakarta mengalami peningkatan sebesar 0,43 persen pada Februari 2023 dibandingkan Februari 2022. Hal ini berdampak pada penurunan jumlah pengangguran di Jakarta, yang sebelumnya mencapai 411 ribu orang, menjadi 398 ribu orang. Angkatan kerja di Jakarta pada Februari 2023 mencapai 5,2 juta orang.

Dengan adanya fokus pada peningkatan sektor manufaktur dan upaya meningkatkan tingkat pendidikan dan keterampilan tenaga kerja, diharapkan penyerapan tenaga kerja di Jakarta Selatan dapat meningkat dan berdampak positif pada perekonomian wilayah tersebut.
Serapan tenaga kerja di wilayah Jakarta Selatan dikatakan relatif kecil oleh peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Andry Satrio Nugroho. Hal ini disebabkan oleh dominasi sektor jasa yang tidak cukup besar dalam menyerap tenaga kerja. Sebaliknya, sektor manufaktur memiliki daya serap yang lebih besar.

Sektor jasa meliputi berbagai aktivitas ekonomi yang tidak melibatkan produksi barang fisik, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, perbankan dan keuangan, transportasi, logistik, serta teknologi informasi dan komunikasi. Namun, sektor jasa memiliki kebutuhan keahlian dan ketrampilan yang lebih spesifik, sehingga penyerapan tenaga kerja di Jakarta Selatan menjadi kecil.

Salah satu alasan kecilnya penyerapan tenaga kerja di Jakarta Selatan adalah tingkat pendidikan yang rendah dan tingkat keterampilan yang memerlukan kemampuan tinggi. Bursa kerja yang diselenggarakan di wilayah ini juga tidak akan berdampak besar terhadap penyerapan tenaga kerja.

Karakteristik orang yang bekerja di Jakarta Selatan adalah orang yang berdomisili di kota penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek). Bahkan, ada juga yang berasal dari luar penyangga. Selain itu, Jakarta Selatan memiliki ekonomi yang tidak didominasi oleh sektor manufaktur, sehingga tidak bisa menyerap tenaga kerja sebanyak wilayah lain yang sektor perekonomiannya utamanya adalah manufaktur.

Meski demikian, Suku Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi (Sudin Nakertransgi) Jakarta Selatan telah berhasil menyerap sebanyak 316 tenaga kerja melalui kegiatan bursa kerja yang telah diselenggarakan dua kali sepanjang tahun 2023. Pada bursa kerja pertama, sebanyak 215 orang diterima bekerja, sedangkan pada bursa kerja kedua, sebanyak 101 orang diterima bekerja.

Selama tahun 2023, Sudin Nakertransgi Jakarta Selatan telah menyelenggarakan dua kali bursa kerja dengan total 5.362 pencari kerja. Meskipun demikian, jumlah tenaga kerja di Jakarta Selatan tidak dapat dibandingkan dengan wilayah lain yang memiliki sektor perekonomian terbesar dari manufaktur.

Pihak Sudin Nakertransgi Jakarta Selatan berharap bahwa bursa kerja dapat membantu para pencari kerja dalam mencari pekerjaan, membuka lapangan kerja, serta mengurangi angka pengangguran di DKI Jakarta khususnya di Jakarta Selatan. Mereka bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mencarikan pekerjaan untuk warga melalui berbagai program seperti bursa kerja, pelatihan kerja, keterampilan, dan program Jakpreneur.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan peningkatan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) di DKI Jakarta sebesar 0,43 persen pada Februari 2023 dibandingkan dengan Februari 2022. Hal ini berdampak pada penurunan jumlah pengangguran di Jakarta pada periode tersebut. Meskipun begitu, masih terdapat 398 ribu pengangguran di Jakarta pada Februari 2023, dengan angkatan kerja sebanyak 5,2 juta orang.

Dalam kesimpulannya, serapan tenaga kerja di wilayah Jakarta Selatan relatif kecil karena dominasi sektor jasa yang tidak cukup besar dalam menyerap tenaga kerja. Tingkat pendidikan yang rendah dan kebutuhan akan keterampilan yang spesifik juga menjadi faktor penyebab. Meskipun demikian, Sudin Nakertransgi Jakarta Selatan telah berhasil menyerap sebanyak 316 tenaga kerja melalui bursa kerja yang telah diselenggarakan dua kali sepanjang tahun 2023.