Jakarta (JurnalPagi) – Nikotin dan TAR adalah dua bahan kimia dalam rokok yang sering disalahartikan efeknya bagi perokok. Selama ini nikotin dikenal sebagai zat yang paling berbahaya bagi kesehatan dibandingkan TAR. Lantas, mana yang sebenarnya lebih berbahaya?
Mohammad Khatib, peneliti Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB) menjelaskan perbedaan antara nikotin dan TAR.
Ia menjelaskan bahwa nikotin adalah senyawa kimia yang ditemukan secara alami dalam tembakau. Senyawa ini termasuk dalam kelompok alkaloid. Nikotin juga dapat ditemukan pada beberapa tumbuhan lain, seperti kentang, terong, dan tomat, namun konsentrasinya masih rendah.
“Secara kimia, nikotin merupakan senyawa tunggal,” kata Khatib dalam keterangannya di Jakarta, Selasa. Nikotin lebih membuat ketagihan, sehingga menimbulkan ketergantungan.
Ahli Toksikologi Menjelaskan Perbedaan Nikotin dan TAR
Sementara itu, TAR bukanlah senyawa alami seperti nikotin, karena merupakan kumpulan berbagai senyawa yang dihasilkan dari proses pembakaran dalam rokok. Berdasarkan karakteristik yang dihasilkan dari sejumlah penelitian, TAR teridentifikasi mengandung senyawa karsinogenik.
Ia mengatakan: “Efek negatif yang dominan dari TAR adalah karsinogenisitas. Inilah yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Nikotin cenderung karena efek adiktifnya.”
Menurut data US National Cancer Institute (NCI), TAR mengandung berbagai senyawa karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker paru, emfisema, atau masalah paru lainnya.
Tidak hanya itu, TAR juga dapat menumpuk pada gigi sehingga menyebabkan gigi menjadi kuning atau coklat karena menempel pada lapisan terluar gigi (enamel). Seiring waktu, gigi bisa menjadi rusak jika tidak dirawat dengan baik.
Peneliti Gali Potensi Tembakau Alternatif Bantu Perokok Dewasa
Sementara itu, Shweim Hedayat, ahli toksikologi dan dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Irlandia (UNAIR), menambahkan bahwa nikotin, bukan TAR, yang menjadi sumber masalah kesehatan pada rokok selama ini.
Padahal, faktanya TAR adalah penyebab berbagai penyakit akibat rokok. “Jadi nikotin sama sekali tidak bersifat karsinogenik,” katanya. Ada karsinogen di TAR.
Sebagai langkah pencegahan, Shim menyarankan perokok dewasa berhenti merokok untuk menghindari paparan TAR.
“Potensi penyakit dari suatu bahan kimia sangat ditentukan oleh kadarnya. Kalau sangat besar, berpotensi menimbulkan penyakit. Jadi, kalau kecil, potensinya rendah,” kata Schwim.
Penelitian: Nikotin tidak mengganggu pertahanan gusi terhadap bakteri
Nikotin bermanfaat jika digunakan dengan benar dan berisiko rendah
Pengamat: Perokok dewasa berhak atas informasi produk alternatif
Editor: Satyagraha