Orang tua disarankan untuk mewaspadai ketergantungan alat pada anak

JAKARTA (JurnalPagi) – Juru Bicara Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Ariandi Putra mengimbau para orang tua untuk mewaspadai ketergantungan anaknya terhadap gadget saat beranjak dewasa.

Kecanduan gadget itu disinggung Ariandi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu Gangguan kecanduan layar (SDD) juga dikenal sebagai gangguan ketergantungan Lapisan alat (perangkat)

Ia mengungkapkan penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa sekitar 30 persen anak di bawah enam bulan terpapar gadget rata-rata selama 60 menit sehari.

“Pada usia dua tahun, sembilan dari sepuluh anak terpapar lebih banyak alat yang berpotensi mempengaruhi mereka terhadap SDD,” katanya.

Padahal, tambah Ariandi, jika anak terpapar gadget sejak dini, alat tersebut bisa lebih berpotensi merusak otak anak.

Selain tanda-tanda yang menandakan anak mengidap SDD, alat juga bisa menjadi potensi utama merusak otak anak dan mengganggu proses tumbuh kembang anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat data yang menunjukkan sejauh mana dampak terhadap anak yang sering menggunakan gadget.

Ariandi melanjutkan: Selain itu, anak juga akan mengalami kurang tidur sehingga kemampuan berkonsentrasinya sangat rendah. Anak juga cenderung tidur di siang hari dan terbangun di malam hari karena setiap 15 menit penggunaan perangkat dapat mengurangi waktu tidur anak sekitar 60 menit.

“Yang menyenangkan belum tentu baik untuk anak di kemudian hari. Selalu ingat resiko dan kerugian bagi anak jika kecanduan (gadget),” pesannya.

Efek mengkhawatirkan lainnya adalah terjadinya keterlambatan bicara (keterlambatan bicara) pada anak, mengalami masalah pada perkembangan fisik anak, seperti penurunan atau kenaikan berat badan yang parah, sakit kepala, malnutrisi dan insomnia.

Selain itu, dapat menyebabkan masalah penglihatan dan masalah perkembangan pada anak, seperti kecemasan, kesepian, rasa bersalah, penarikan diri, dan perubahan perilaku. keadaan intens

Ia menegaskan: Jangan biarkan pekerjaan ini terus berlanjut karena merugikan orang tua dan anak, bahkan orang di sekitarnya, masa depan anak pada saat ini tergantung keputusan orang tua.

Koresponden: Fawzi
Editor: Didik Kusbiantoro

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *