Jakarta (JurnalPagi) – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berkomitmen untuk memprediksi risiko kebakaran hutan dan lahan di Indonesia agar tidak berdampak lingkungan, kesehatan, dan ekonomi bagi masyarakat dan negara.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Norbaya dalam konferensi pers di gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Jumat, mengatakan pemerintah telah mengadakan rapat koordinasi khusus untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan.
“Pada tahun 2023, kita (Indonesia, Red) mungkin akan menghadapi anomali iklim dengan curah hujan yang berkurang dan mungkin menjadi lebih panas,” katanya.
Ia mengatakan, penurunan curah hujan berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, sehingga sinergi antar lembaga dan kementerian menjadi penting untuk mengantisipasi ancaman tersebut.
Indonesia sudah memiliki alat khusus untuk mencegah kebakaran permanen yaitu pemantauan titik api, patroli, penilaian lapangan secara terus menerus, pengelolaan gambut, penegakan hukum, dan kesadaran masyarakat terhadap upaya pelestarian hutan dan bumi.
Kebakaran lahan gambut di Natuna semakin meluas
Dalam pertemuan ini, Kota, Kalteng, Riau dan Kalbar telah menyampaikan laporan implementasi alat ini.
Bahkan, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfoud, yang juga hadir dalam rakor, meminta daerah untuk terus menjaga dan memelihara alat pencegahan kebakaran hutan dan lahan.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat sejak 1 hingga 19 Januari 2023 telah terjadi 66 kali kebakaran seluas 459 hektare di 11 provinsi di Indonesia.
Pada tahun 2022, luas kebakaran hutan dan lahan di Indonesia mencapai 204.000 hektar. Jumlah ini menurun dibanding tahun 2021 dan mencapai 358.000 hektar.
Polri terus pantau titik panas untuk cegah peningkatan krohotla pada 2023.
KLHK: Luas Kebakaran Hutan dan Lahan Turun 43% pada 2022.
Koresponden: Sugiharto Purnama
Editor: M. Hari Atmoko