Jakarta (JurnalPagi) – Semangat Roden Ajang Kartini kini semakin melekat di kalangan wanita Indonesia.
Tak hanya bagi perempuan berpangkat tinggi, perempuan dengan karir yang jarang ditonjolkan pun mencerminkan semangat Kartini.
Semangat ini agar perempuan mandiri dan memiliki hak yang sama dengan laki-laki.
Sunnyva Aulliah (24), pekerja kantoran di Dinas Perhubungan Terminal Kalideres, Jakarta, juga menceritakan antusiasme tersebut.
Di usia dini, putri kedua dari tiga bersaudara ini harus bekerja di terminal bus antarkota dan antarprovinsi. Ini adalah pekerjaan yang jauh dari imajinasi wanita.
Saniva telah mengerjakan pekerjaan ini selama lima tahun. Dia menghabiskan empat tahun pertama di Terminal Kampung Rambutan di Jakarta Timur.
Di usianya yang kelima tahun, perempuan berdarah Bengkulu ini harus melangkah ke terminal Calidress untuk mengabdi.
Meski bekerja di manajemen, tak jarang Sunnyva langsung melayani calon traveller. Ternyata, pelayanan kepada warga di terminal ini tidak seindah yang dibayangkan.
Ia sering dikutuk oleh calon traveller yang mengeluhkan masalah ticketing dll. “Kadang ada masyarakat yang mengeluhkan masalah tiket, kami ingin membantu, tapi malah marah kepada mereka,” ujarnya saat ditemui JurnalPagi di Terminal Kalideres.
Suasana terminal yang berdebu dan panas membuat emosi mudah tersulut. Ini menyebabkan dia membuka hatinya ketika mendengar ledakan kutukan para penumpang.
Tak jarang, ia juga mendapat lirikan miring dari penumpang yang tak percaya dengan petugas biro angkutan. Sehingga ketika petugas menawarkan bantuan, mereka menolak.
Terutama selama periode pulang ke Lebanon ini. Tahun ini adalah tahun yang sibuk karena saya harus melayani gelombang pasca pandemi COVID-19.
Dulu, saat bekerja di Terminal Kampung Rambutan, belum seramai sekarang.
Alhasil, dinamika di terminal Kalideres semakin meningkat dan kepribadian calon yang ditemui Sunnyva juga semakin beragam.
Selain itu, hari dan jam kerja mau tidak mau harus bertambah. Waktu istirahat dan relaksasi juga telah dipotong.
Namun, Sunnyva tidak bisa kabur. Kewajiban ini harus dipenuhi mengingat adanya kewajiban sebagai “pegawai negeri” terhadap pakaian dinasnya.
Lebaran tidak pulang
Saniva tidak pernah pulang ke Lebanon atau Idul Fitri selama berada di terminal petugas.
Sementara semua orang sibuk berbicara dengan keluarga mereka selama bulan suci, Sunnyva harus sibuk mengurus kebutuhan umum di terminal.
Putus asa hingga titik kesedihan yang tak berujung, belum pernah Saniva rasakan. Nyatanya, orang tua kampung halaman mereka merasakan hal yang sama.
“Kenapa kamu tidak bisa pulang?” tanya orang tuanya. Dia menjelaskan terminal pasti ramai saat mudik. Jadi dia tidak bisa pergi.
Meski harus membuat orangtuanya mengerti, kecintaan Saniva pada keluarganya tak terbendung. Ini berlanjut hingga frustrasi akhirnya berhenti di tahun keempat.
Butuh Saniva empat tahun untuk menerima kenyataan bahwa dia mungkin tidak akan lama berada di rumah untuk Idul Fitri.
Saniva menyadari bahwa tanggung jawabnya jauh melebihi pentingnya kebersamaan dengan keluarganya.
Jika dia kembali ke rumah, jadwal kerjanya akan terganggu dan semuanya akan diabaikan dan layanan akan terganggu. Maka ia memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya.
Sunnyva mendapat kesempatan untuk pulang hanya setelah Idul Fitri.
Meski Lebanon sudah tiada, Saniva tetap bersyukur bisa berkumpul kembali dengan keluarganya.
Tak semua perempuan sekuat Saniva, yang berjuang di negeri asing dengan bayang-bayang kerinduan akan orangtuanya di kampung halaman.
Tampaknya pekerjaannya di terminal sangat tidak nyaman bagi perempuan pada umumnya. Namun, fenomena Sunnyva ini membuktikan bahwa semangat Kartini masih ada.
Semangat memperjuangkan kepentingan orang lain dan melakukan tugas-tugas yang umumnya dilakukan oleh laki-laki.
Saniva tahu betul bahwa dia tidak sendiri. Banyak pemuda Kartin yang perlu berkarya di bidang ini untuk mengabdi pada masyarakat saat musim mudik.
Mereka yang mengalami nasib Saniva mengorbankan kehangatan ruang tamu keluarga dan lebih memilih panas matahari di luar ruangan.
Sapa Saniva sambil tersenyum penuh semangat. “Pesan saya kepada teman-teman perempuan saya di luar sana yang masih menjalankan perannya selama mudik Lebaran ini, kalian luar biasa, kalian luar biasa,” ujarnya.
Kepala Terminal Calidress Ravi Zulqarnain mengakui memang ada penambahan jam operasional bagi 42 petugas Terminal Calidress di bawah pengawasannya, termasuk tugas yang harus dilakukan Sunnyva.
Hal itu dilakukan karena pihaknya harus menghadapi padatnya aktivitas terminal saat musim mudik dengan personel yang terbatas.
Bahkan, ada penambahan jam pada H-7 dan H+7 di terminal Kalideres.
Petugas administrasi sendiri harus bekerja selama 24 jam. Mereka diganti setiap hari oleh petugas administrasi lain yang siap bekerja.
Jadi kalau hari ini mereka bertugas seharian, besoknya bisa libur dan diganti petugas lain.
Untuk Lebaran tahun ini, Ravi mengaku penumpukan penumpang pada H-2 Lebaran dihentikan, yakni mulai Kamis (20/4).
Untungnya, tidak ada masalah dengan kepadatan penumpang, termasuk keterlambatan kedatangan bus yang singkat, yang kemudian dapat diselesaikan.
Staf terminal mengantisipasi keterlambatan kedatangan bus dengan memperingatkan bus tambahan. Bus yang datang terlambat biasanya merupakan bus dari daerah Jawa.
Karena ada yang beroperasi satu arah, maka ketika bus kembali harus melalui jalur arteri. Tidak memungkinkan untuk melintasi jalan tol, sehingga waktu tempuh lebih lama.
Data setiap Kamis atau H-2 Lebaran mulai pukul 00:00 WIB hingga 18:30 WIB, jumlah bus yang berangkat dari Terminal Calidress mencapai 172 unit dengan 3182 penumpang.
Sedangkan data setiap Rabu (19/4) atau H-3 Lebaran, jumlah bus keluar mencapai 271 bus reguler, 33 bus tambahan, dengan 5.622 penumpang.
Tercatat sejak Jumat (14/4) atau H-8 Lebaran hingga Kamis atau H-2 Lebaran, Terminal Calidress memberangkatkan 1157 bus dengan 19171 penumpang.
Demi menjaga keselamatan dan keamanan penumpang, petugas memastikan seluruh bus yang berangkat dari Terminal Calidress diperiksa mesinnya.
Selain itu, seluruh pengemudi juga telah menjalani tes kesehatan untuk memastikan bahwa pengemudi tersebut fit untuk mengemudikan bus jarak jauh.
Editor: Masukkan M. Astro