Kementerian Pertanian: Pencegahan resistensi mikroba memastikan keamanan pangan

Kolaborasi dan koordinasi multisektoral sangat penting untuk secara efektif mengendalikan ancaman AMR di Indonesia dan mempromosikan sistem agro-pangan yang lebih berkelanjutan dan tangguh.

Jakarta (Antara) – Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Nasrallah mengatakan pencegahan dan pengendalian resistensi antimikroba (AMR) penting dilakukan untuk menjamin keamanan dan ketahanan pangan.

Dalam diskusi pengendalian resistensi antimikroba di Jakarta, Selasa, Nasrallah menjelaskan bahwa antimikroba sangat diperlukan untuk subsektor peternakan dan banyak digunakan pada industri perunggasan, sehingga diperlukan good practice di tingkat budidaya dan penyediaan pakan ternak. itu dibutuhkan. Asal untuk mencegah AMR.

Kementerian Pertanian bersama dengan World Organization for Animal Health (WOAH), Food and Agriculture Agency (FAO), serta industri perunggasan dan farmasi di Indonesia telah mengumumkan langkah-langkah khusus untuk mencegah resistensi antimikroba (AMR) di Indonesia. Deklarasi ini memuat lima langkah yang telah dilaksanakan untuk mencegah dan mengendalikan AMR dalam praktek di industri perunggasan, farmasi dan akademik.

“Setelah pengumuman ini, kami sangat berharap sektor industri dapat berpartisipasi langsung dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan AMR ke depan,” ujar Nasrallah.

Nasrallah mengapresiasi dukungan dari sektor swasta dan melihat pengumuman ini sebagai langkah pertama untuk membangun kemitraan yang berkelanjutan untuk mencegah tingkat AMR.

Agus Suprapto, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan, Kementerian Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, mengatakan: Komitmen pihak swasta dalam mencapai pengurangan penggunaan antimikroba di peternakan ayam pedaging penting karena pencegahan.

Dia berharap industri peternakan juga dapat menerapkan segmentasi pada peternakan, memenuhi persyaratan Nomor Kontrol Veteriner (NKV) untuk ayam petelur dan membantu pengawasan AMR/AMU.

“Hal ini untuk memastikan kualitas produk protein hewani aman dari resistensi antimikroba sehingga anak dapat tumbuh sehat dan cerdas serta terhindar dari stunting,” kata Agus.

Ronello C. Abila, perwakilan subregional WOAH untuk Asia Tenggara, mengatakan bahwa mempromosikan praktik penggunaan antimikroba yang bertanggung jawab dan bijak serta memantau jumlah antimikroba yang digunakan pada hewan dan tingkat kesadaran yang tinggi memainkan peran penting dalam memerangi resistensi antimikroba.

Sementara itu, perwakilan FAO di Indonesia dan Timor-Leste, Rajendra Arial, menyampaikan dukungannya kepada pemerintah Indonesia dalam upaya pengendalian AMR menggunakan pendekatan One Health dengan dukungan United States Agency for International Development (USAID).

Kolaborasi dan koordinasi multisektoral sangat penting untuk secara efektif mengendalikan ancaman AMR di Indonesia dan untuk mendorong pencapaian sistem pertanian pangan yang lebih berkelanjutan dan tangguh, katanya.

AMR merupakan masalah kompleks yang memerlukan pendekatan multisektoral dan terintegrasi. Dengan semangat One Health, deklarasi bersama ini menjadi dasar untuk membangun kerjasama yang lebih kuat antara pemerintah dan swasta, serta mendorong inisiatif multilateral baru dalam upaya pengendalian laju AMR di Indonesia.

Baca Juga: Pengumuman Aksi Kementerian Pertanian-WOAH-FAO untuk Pengendalian Resistensi Antimikroba
G20 tekankan pentingnya kesehatan terpadu dalam mengatasi resistensi antimikroba
Kementan: AMR Ancam Ketahanan Pangan dan Produktivitas Peternakan

Penceramah : Aditya Ramadhan
Editor: Biqwanto Situmorang
Hak Cipta © ANTARA 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *