Jakarta (JurnalPagi) – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemandik Budristek) mengumumkan ada dua titik dalam dinamika perfilman nasional, manajemen pendidikan dan distribusi film.
Saat ini tata kelola pendidikan film nasional masih perlu dibenahi, terutama ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia (SDM). Meski tidak ada kelangkaan jumlahnya, tidak ada kurikulum berupa rencana yang dapat menghubungkan ketersediaan SDM dengan industri perfilman.
“Kami merasa isu ini belum banyak dibahas karena lembaga perfilman yang terkait dengan profesinya belum bergerak. Kita harus berpikir bersama jangan sampai lulus dari perfilman, tapi Penganggur Karena belum siap menghadapi industri, kata Ahmad Mahendra, sutradara film, musik, dan media baru Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemandik Budristek) saat pembukaan konferensi Hari Film Nasional 2023 di Jakarta. , Senin
Kecerdasan kolektif dibutuhkan untuk menghidupkan kembali ekosistem perfilman
Sedangkan dari segi distribusi, Mahendra sangat memperhatikan durasi film yang biasanya tayang di bioskop kemudian dipindahkan ke layanan media. lebih dari (OTT). Mahendra mengatakan pemerintah telah membuka ruang kerja sama yang luas antara OTT dan pelaku perfilman Indonesia.
Ia mengatakan: Selama ini modelnya dari bioskop ke OTT, makanya kita perkuat distribusi film di masyarakat agar nafas pembuatan film bisa diperpanjang.
Terkait dengan permasalahan tersebut, pemerintah bekerja sebagai fasilitator dengan berbagai pihak, antara lain kerjasama dengan Badan Perfilman Nasional (BPI) untuk penguatan bidang karya, pemberdayaan masyarakat, pengisi acara, festival, distribusi, dll.
Hari Film Nasional menjadi pendorong untuk meningkatkan kepercayaan terhadap karya anak bangsa
“Kolaborasi dengan BPI penting karena mereka punya forum, data, dll. Kita saling bicara dan semua panduan untuk ekosistem ini sudah ada. Kita tinggal update semuanya dan berkembang,” jelasnya.
Sementara itu, General Manager BPI Gunawan Paggaru menjelaskan Indonesia memiliki 21 perguruan tinggi film, 64 jurusan film dan menghasilkan lebih dari 1.000 tenaga kerja setiap tahunnya. Selain itu, ada tiga perguruan tinggi yang menawarkan mata kuliah manajemen festival.
“Ini sangat penting karena sampai saat ini perguruan tinggi dan sekolah teknik semuanya fokus pada disiplin produksi film. Jadi siapa yang akan menjual dan mendistribusikan kalau bukan lulusan manajemen festival? Kebutuhan industri terus berkembang. Sehingga dunia pendidikan harus jadi itu. Menurut kami, basis pengembangan film adalah kekuatan kekuatan manusia.”
Refleksi Hari Film Nasional oleh Sinematografer
Koresponden: Ahmad Faisal Adnan
Editor: Siti Zulikha