Kemendikbud: Guru mengemudi menjadi prioritas pengelola sekolah

Instruktur mengemudi adalah orang-orang terpilih yang telah melalui seleksi dan pelatihan yang sulit

TOLONGAGONG, JAWA TIMUR (JurnalPagi) – Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal (Sesditjen) Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Praptonu menyatakan setiap guru merupakan tenaga penggerak bersertifikat untuk menjadi prioritas bagi sekolah. Utama

“Guru keliling adalah orang-orang pilihan yang telah diseleksi dan dilatih secara seksama,” ujarnya saat berkunjung ke Kabupaten Tulonggong, Jawa Timur, Selasa.

Ia melanjutkan: Pengalaman dan kinerja guru mengemudi penting sebagai syarat menjadi kepala sekolah agar setiap orang yang menjadi kepala sekolah memiliki visi yang jelas tentang pembangunan pendidikan.

“Guru yang berpindah diharapkan mampu menerapkan kurikulum mandiri. Kepemimpinan sekolah bukan lagi administratif, tapi kepemimpinan pendidikan,” ujarnya.

Kemendikbud perkuat peran guru dalam ciptakan suasana toleransi

Sejauh ini ada lebih dari 90 guru berstatus mengemudi di Tulungagung. Dari jumlah tersebut, 60 di antaranya memiliki persyaratan yang diperlukan untuk menjadi kepala sekolah.

“Alhamdulillah, sembilan di antaranya telah diangkat menjadi kepala sekolah oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tulonggong,” ujarnya.

Ia mengatakan: Sisanya akan diprioritaskan untuk jabatan kepala sekolah. Selama Anda memenuhi persyaratan ijazah setara minimal S-1 atau D-4, instruktur bersertifikat, kelompok pemeringkat minimal 3B, dan Anda harus menjadi instruktur mengemudi.

“Instruktur mengemudi kami siap menjadi learning leader,” katanya.

Guru Basiji Prioritas Ikut Pemilihan Kepala Sekolah

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Tulungagung Rahardi Puspita Bintara mengakui masih kekurangan guru mengemudi di Kabupaten Tulungagung.

Menurut data Dinas Pendidikan Kabupaten Tulonggong, terdapat sekitar 550 sekolah di tingkat SD dan 48 sekolah di tingkat SMA.

Dia berkata: Kami memiliki 107 guru di kelompok keempat.

Dari jumlah tersebut, hanya 35 orang yang merupakan guru ASN dan sisanya adalah guru non-ASN. Ia mencontohkan minimnya ASN untuk menjadi instruktur mengemudi karena sulitnya ujian menjadi instruktur mengemudi.

Komendik Budristek: Jumlah peserta aktivasi keguruan terus meningkat

Koresponden: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Risbani Fardanieh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *