Jakarta (JurnalPagi) – PT Kalbe Farma TBK melalui anak usahanya PT Forsta Kalmedic Global mengembangkan teknologi benang bedah produksi dalam negeri sebagai upaya meningkatkan produksi alat kesehatan dalam negeri.
Ketua PT Kalbe Farma TBK Vidjongtius dalam seminar nasional di Jakarta, Kamis, mengatakan kebutuhan alat kesehatan yang hingga saat ini masih impor mendorong mereka untuk ikut meningkatkan pemain lokal di bidang teknologi kesehatan.
“Seperti yang kita lihat mengapa semua impor berlanjut, itu membuka ide kita untuk produksi dalam negeri. Seperti yang kita ketahui, kebutuhan alat kesehatan dan bahan habis pakai sangat besar, namun kita akan melihat teknologi apa yang bisa kita kuasai untuk membuatnya lebih cepat.”
Dia mengatakan, produksi jahitan bedah di industri kesehatan dalam negeri tidak tinggi, sehingga Kalbe menggandeng beberapa kementerian dan lembaga untuk bersama-sama memasarkan produk alkes dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 42 persen.
Universitas Kalbe Yarsi melatih staf untuk mengurangi “masa kanak-kanak”.
Pengembangan teknologi benang bedah di Korea Selatan dilakukan dengan mengirimkan para peneliti muda ke sana untuk mempelajari teknologi tersebut selama sebulan, kata Wijongtius. Teknologi ini diterapkan di Indonesia di bawah pengawasan Korea Selatan.
Distribusi benang bedah produksi lokal sudah menjangkau seluruh wilayah di setiap provinsi. Mereka juga melatih tenaga kesehatan untuk mengganti produk impor dengan produk dalam negeri.
“Pelatihan tenaga medis pasti banyak, saya kira itu hal yang wajar, didorong dengan kebijakan pemerintah yang setiap orang membantu, TKDN saat ini 42%, jadi jauh lebih tinggi dari standar,” ujar Vijongtius. Industri.”
Kalbe menargetkan produksi benang bedah pada tahap awal tahun ini dapat menggantikan hingga 20 produk impor.
Dan coba 50% dan terus kembangkan produk kesehatan.
Kalbe luncurkan oneonco.co.id, pusat bakti sosial terkait kanker
Kapasitas produksi sel punca regeneratif 80 miliar sel
Industri kesehatan butuh kerjasama untuk mandiri
Koresponden: Fitrah Asy’ari
Editor: Natisha Andarningtias