Jakarta (JurnalPagi) –
Direktur PT Orbita Dr. dokter. Habiba S. Mohdin, Sp.M(K) mengatakan ReLex SMILE mendukung kesehatan mata dengan teknologi canggih.
“Kehadiran ReLEx SMILE merupakan kelanjutan dari upaya klinik mata unggulan JEC-Orbita @ Makassar sebagai bagian dari jaringan rumah sakit dan klinik mata JEC untuk menyediakan fasilitas penunjang kesehatan mata tingkat lanjut,” kata Habiba dalam obrolan daring, Minggu. . .
ReLex SMILE adalah operasi laser refraktif yang diklaim invasif minimal, bebas pisau, dan tidak memerlukan penutup kornea. Klinik Mata Utama JEC-Orbita Makassar merupakan institusi kesehatan mata pertama di Makassar yang memiliki teknologi bedah laser canggih ini.
Kepala Klinik Mata Utama JEC-Orbita Makassar dr. Sebagian besar penderita miopia dan gangguan refraksi lainnya sangat bergantung pada kacamata atau lensa kontak untuk melihat lebih jelas, kata Mirella Affiffudin, M.Kes, Sp.M. Namun, ketergantungan terhadap alat peraga tersebut dapat mengganggu kehidupan sehari-hari mereka.
Ia berharap layanan ini bisa menjadi alternatif bagi masyarakat untuk memulihkan penglihatan tanpa kacamata atau lensa kontak.
“ReLEx SMILE yang baru saja diluncurkan oleh JEC-Orbita Makassar merupakan alternatif bagi masyarakat untuk memulihkan penglihatan tanpa kacamata atau lensa kontak sekaligus memberikan keamanan dan kenyamanan yang optimal,” ujar Mirella.
Layanan ReLEx SMILE memiliki tiga keunggulan: Pertama, pengoperasian lebih cepat karena menggunakan laser femtosecond, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk melakukan operasi jauh lebih singkat, yaitu 22-33 detik.
Kedua, lebih nyaman, karena waktu prosesnya lebih cepat dan rasa sakitnya minimal (tanpa rasa sakit) Setelah operasi berakhir dan yang ketiga, penggunaan prosedur Tidak ada penutup Artinya, operasi ini dilakukan tanpa membuat sayatan/penutup pada kornea mata sehingga pasien tidak mudah terkena mata setelah operasi.
ReLEx SMILE Anda dapat digunakan untuk mengobati kondisi mata minus atau kombinasi antara minus dan silinder, dengan ukuran -0,5 dioptri hingga -10 dioptri.
Menurut data WHO untuk tahun 2022 secara global, kesalahan refraksi yang tidak terkoreksi (seperti miopia dan astigmatisme) adalah penyebab utama gangguan penglihatan yang harus dihindari. Jumlah pasien sekitar 88,4 juta orang.
Sedangkan data International Myopia Institute tahun 2022, myopia merupakan salah satu jenis kelainan refraksi yang prevalensinya terus meningkat. Studi menunjukkan bahwa sekitar 40% populasi dunia (3,3 miliar orang) akan menderita miopia pada tahun 2030. Bahkan, diprediksi menjadi lebih dari setengah populasi dunia (4,9 miliar orang) pada tahun 2050.
Prevalensi kebutaan di Sulawesi Selatan yang 2,6 persen lebih rendah dari rata-rata nasional 30 persen membuat keberadaan fasilitas kesehatan untuk penanganan kelainan refraksi semakin kritis.
Data ini juga menyebutkan bahwa angka kebutaan akibat kelainan refraksi di Sulawesi Selatan paling tinggi dibandingkan provinsi lain. Artinya, keberadaan fasilitas kesehatan untuk penanganan kelainan refraksi menjadi lebih penting.
Pelajari tentang teknologi LASIK robot JEC
Pakar: Sinar ultraviolet matahari lebih berbahaya daripada cahaya biru gadget
Dokter: Gula darah yang tidak terkontrol menyebabkan gangguan retina
Koresponden: Fitrah Asy’ari