Infrastruktur jalan masih menjadi tulang punggung konektivitas

JAKARTA (JurnalPagi) – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebut infrastruktur jalan tetap menjadi tulang punggung konektivitas, terutama Jakarta sebagai hub ekonomi dengan daerah lain.

Hoda Rahadian, Direktur Jenderal Administrasi Jalan, mengatakan: Selain itu, dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional, 97 persen jalan nasional dalam kondisi baik dan waktu tempuh 1,9 jam untuk setiap 100 kilometer ruas utama. Pernyataan tertulis, Selasa

Hedi berharap Himpunan Pengembang Jalan Indonesia (HPJI) sebagai asosiasi profesi menjadi mitra Kementerian PUPR untuk lebih berperan aktif dalam pembangunan jalan.

Dengan demikian, selama delapan tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo, kolaborasi para profesional dan akademisi pengembang jalan telah berhasil membangun jalan nasional sepanjang 5.000 kilometer (km).

Selain itu, lebih dari 1750 kilometer jalan tol telah dibangun dan dioperasikan. Pencapaian ini 10 kali lipat lebih produktif dibandingkan 36 tahun terakhir.

Pakar Transportasi Nilai Tepat Tunjangan Jalan Nasional ke DKI

Foto arsip – Sejumlah kendaraan bermotor melintas di perempatan Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Selasa (20/9/2022). JurnalPagi FOTO/M Risyal Hidayat/foc. (lihat foto/M.Kepala Hedayat)

Hedi berharap perjalanan pembangunan ini dapat terus meningkatkan rating kualitas jalan Indonesia di mata dunia.

Data tahun 2019 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-59 dari 141 negara dalam hal kualitas jalan. Kami masih tertinggal dari tetangga kami. Hodi berkata: Singapura dan Malaysia berada di posisi pertama dan kedua puluh satu.

Hoda mengajak mereka yang terlibat dalam pembangunan jalan untuk memperhatikan isu-isu terkini. Misalnya ketelitian standar pekerjaan/konstruksi jalan, ketepatan metode konstruksi dan penggunaan material, kompetensi dan profesionalisme pekerja konstruksi jalan, pemantauan penggunaan jalan yang berkelanjutan dan estetika.

Jalan raya harus mampu menciptakan ruang jalan di sekitarnya yang lebih menarik sehingga dapat dinikmati oleh kedua belah pihak dan tidak menjadi gersang dan tidak rapi. “Estetika jalan memberikan kemudahan bagi pengguna jalan dan menjadi daya tarik,” ujar Hoda.

Hoda menunjukkan bahwa dengan menata lanskap jalan dengan tanaman hijau, mengurangi kerusakan lanskap sebanyak mungkin, mengendalikan erosi lereng dengan teknik non-struktural (metodologi) atau menggabungkannya dan mengintegrasikan desain yang terkoordinasi, jalan yang estetis. dapat dicapai. Dengan pemandangan alam sekitar

Anggota DPRD minta DKI optimalkan pajak terkait subsidi jalan

FOTO FILE – Warga menikmati Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB/CFD) pertama dalam dua tahun akibat pandemi COVID-19 di Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta, Minggu (22/5/2022). (JurnalPagi/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna)

Selain itu, pengembang jalan harus membiasakan diri dengan teknologi jalan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Penggunaan aspal daur ulang, aspal campuran panas dan perkerasan aspal berpori, yang ramah lingkungan, dibahas.

Jalur berkelanjutan yang kompatibel dengan keanekaragaman hayati dan fauna melalui persilangan hewan. Hal ini akan mengurangi dampak kerusakan habitat dan gaya hidup flora dan fauna yang sudah ada di lokasi pembangunan jalan.

Kemudian, jalan yang berkelanjutan harus tahan terhadap bencana alam, termasuk cuaca ekstrem. Pengurangan risiko bencana dan dampak kerusakan melalui metode yang tepat dan dengan dukungan sistem informasi yang handal menjadi prioritas.

Hoda menyambut baik Konferensi Teknik Jalan Daerah (KRTJ) ke-15 yang baru saja digelar. Dalam acara ini anggota HPJI dan masyarakat umum dapat merumuskan inovasi teknologi dan mencari solusi yang dapat diterapkan pada pembangunan jalan di Indonesia.

Pengkhotbah: Ganet Aerospace
Editor: Seri Moriono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *