Jakarta (JurnalPagi) – Presiden Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Mohamed Aref Angga menilai industri data center (Pusat Informasi/DC) masih memiliki peluang pertumbuhan yang baik di Indonesia.
Ia memperkirakan total kapasitas yang dibutuhkan data center di Indonesia bisa mencapai hampir 1.000 megawatt (MW) jika mengacu pada jumlah penduduk yang ada. Angka tersebut masih jauh dari kapasitas pusat data yang ada di Indonesia.
Kalau melihat kebutuhan yang mendekati 1000MW, saya yakin belum mencapai 15%. Pasar Itu ada. Ini pertanda ruangIndustri itu masih terbuka, sangat luas Pusat Informasi “Kami berharap terus tumbuh untuk mengakomodir ekosistem digital,” kata Aref saat peluncuran Joint Digital Data Center (BDDC) di Jakarta, Selasa.
APJII Ungkap Tantangan Penyelenggara Jasa Internet di Indonesia
Berdasarkan data yang dihimpun, Aref menjelaskan penetrasi data center di Indonesia saat ini tercatat sebesar 0,3 watt per kapita, menjadikannya salah satu yang terendah di Asia Pasifik.
Sedangkan kapasitas pusat data di Indonesia untuk seluruh negara ASEAN-6 (Indonesia, Singapura, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Filipina) juga hanya 12,7%.
Selain kecilnya industri data center, peluang pertumbuhan industri ini juga didukung oleh tingkat penetrasi internet yang semakin meningkat setiap tahunnya di Indonesia.
Menurut survei APJII, tingkat penetrasi internet di Indonesia mencapai 78,19 persen selama 2022-2023. Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun 2021-2022 yang mencapai 77,02 persen.
Informasi resmi juga menyebutkan bahwa jumlah penyedia layanan Internet (penyedia layanan internet/ISP) mencapai 909 perusahaan pada Maret 2023 dari 564 perusahaan pada 2019. Tak hanya itu, Arif juga menjelaskan hal itu lalu lintas internet Di Indonesia tumbuh pesat dan mencapai 4,5 terabyte/ detik atau meningkat 47,2% per tahun.
APJII Perkirakan Pertumbuhan Penjualan ISP 2023
Menurutnya, pertumbuhan ini karena bertambahnya jumlah ponsel pintar (ponsel pintar(dan penetrasi internet, pertumbuhan ekonomi digital, inisiatif dan dukungan pemerintah, dan pengembangan layanan cloud computing)Layanan awan).
Aref juga menyebutkan bahwa perusahaan yang menggunakan teknologi digital dalam bisnisnya, terutama dalam skala besar dari luar negeri, membutuhkan pusat data di Indonesia untuk lebih mendekatkan pangsa pasarnya. Mempertimbangkan masalah ini, dia percaya bahwa industri pusat data dapat memanfaatkan peluang ini.
Apakah mereka (perusahaan digital) suka atau tidak, cepat atau lambat, untuk mempertahankan daya saingnya, mereka harus segera atau tidak bisa melangkah lebih jauh, atau ekosistem ini harus penggunaDia mengingatkannya.
“Itulah mengapa mereka membutuhkannya Pusat Informasi–Pusat Informasi terletak di Indonesia, jika tidak, mereka akan gagal dengan cepat.”
Pertumbuhan digital harus dibarengi dengan efisiensi pusat data, kata peneliti
Koresponden: Rizka Kharonisa
Editor: Siti Zulikha