Imam besar mengatakan bahwa bom bunuh diri itu adalah penistaan

Jakarta (JurnalPagi) – Imam Besar Masjid Islamic Center Makassar, Sulawesi Selatan, Muammar Muhammad Bakri, menyebut aksi bom bunuh diri itu sebagai tindakan penistaan ​​dan tidak sesuai dengan prinsip dan ajaran Islam.

Bakri mengatakan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis, bahwa hal itu sebagai respons atas aksi bom bunuh diri di Polres Astana Anyar, Bandung, Jawa Barat, belum lama ini.

Dengan menerbitkan pernyataan dari National Counter-Terrorism Organization, Bakri mengatakan: Pada prinsipnya, Islam melarang melakukan aksi bom bunuh diri dengan alasan apapun, dan dalam beberapa sumber, mereka yang melakukan aksi bom bunuh diri adalah kegiatan yang menghujat. . .

Dia menjelaskan, tidak ada pembenaran untuk tindakan teroris bahkan dalam kondisi perang. Ia melanjutkan bahwa Hazrat Muhammad juga melarang bom bunuh diri. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan kondisi aman, bukan zona perang atau negara musuh seperti yang dianggap oleh kelompok radikal.

Ia menambahkan: “Dalam situasi perang, bahkan dalam Islam, Nabi (SAW) sendiri telah melarang bom bunuh diri, terutama ketika negara aman. Negara kita tidak berperang, Indonesia tidak berperang.”

BNPT: Membangun Ketahanan Nasional Terhadap Ideologi Radikal

Pimpinan pondok pesantren multidimensi Al-Fakhriyya ini menambahkan, pemaknaan Jihad, Kafir dan Taght yang semu dan kasar kerap menjadi tema untuk melakukan aksi teror bagi kalangan tertentu. Padahal, menurut Bakhri, pemahaman yang salah tentang makna ini adalah pencurian agama.

Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengatakan, “Istilah-istilah ini sering disalahartikan oleh kalangan tertentu. Bahkan sering dikatakan mereka telah membajak Islam. Sehingga mereka salah mengartikan makna Jihad itu sendiri.” Provinsi Sulawesi di selatannya.

Mengutip Al-Qur’an dan hadits, Jihad merupakan salah satu amalan suci yang maksud, tujuan dan maksudnya jelas.

Bakri berkata: Selain itu, musuh yang melakukan bom bunuh diri tidak jelas sama sekali, tujuannya juga tidak jelas, dan tentu visinya sangat berbeda dengan nilai-nilai Jihad.

BNPT ajak masyarakat wujudkan kesiapsiagaan nasional lawan terorisme

Karena terorisme merupakan kejahatan luar biasa, maka menjadi tanggung jawab bersama semua pihak untuk merangkul dan menghidupkan kembali anak bangsa yang terjebak dalam virus ideologi radikal dan terorisme.

“Saudara-saudara kita yang mengaku Muslim, mengaku Indonesia, tetapi kemudian diindoktrinasi oleh guru yang salah, bacaan yang salah dan referensi yang salah; jadi saya pikir Anda benar-benar dapat mengatakan bahwa mereka adalah korban. Kita harus membantu mereka untuk keluar dari situasi seperti itu. Pemahaman Radikal, oleh –Derajat “(Radikalisasi) mereka,” jelasnya.

Selain itu, kerja sama seluruh komponen bangsa, termasuk pemerintah dan para pemimpin, untuk mencegah paham ini masuk ke masyarakat. Ternyata dilakukan secara bersamaan Dari bawah ke atas Dan naik turun.

naik turun Kami memaksimalkan peran pemerintah. Jadi, saya pikir sudah waktunya bagi pihak berwenang untuk melihat lagi. Misalnya, situs media sosial lain telah menjadi iklan.”

Partisipasi masyarakat dan partisipasi tokoh agama juga diperlukan untuk melengkapi konten yang moderat dan Islami Rahmatan Lil Alamin.

BNPT minta mahasiswa waspadai terorisme radikal

Koresponden: Joko Susilo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *