JAKARTA (JurnalPagi) – Penyanyi solo asal Bogor, Jawa Barat, Featuz, dilepas lajang Album terbarunya berjudul “Sleeping Pills” yang menjadi pembuka baginya untuk mempersembahkan album pertamanya di tahun 2023.
melalui lagu yang menjadi lajang Dari keempatnya, Featuz mengajak pendengar untuk merasakan dan mengeksplorasi perasaan dan pemikirannya sendiri ketika mengalami krisis.
“Lagu ini berfokus pada pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul di dini hari, tentang jalan mana yang akan kita pilih dalam hidup. Singkatnya, lagu ini berbicara tentang keraguan, kesepian dan segala beban yang kita rasakan.”
Featuz yang bernama asli Devha Carnadi mengatakan, lagu tersebut juga merupakan perjalanan unik untuk menemukan jati diri yang utuh. Diakuinya, “Sleeping Pills” merupakan salah satu karya yang tidak mudah diciptakan.
Semangat APMI Pimpin Musisi Lokal, Perkuat Ekosistem Musik
Bahkan musisi yang usianya hampir seperempat abad ini mengaku meragukan dirinya sendiri dalam karir musiknya. Namun, pertanyaan yang berubah menjadi konflik justru merupakan inspirasi tak terduga yang membuatnya mampu menciptakan karya-karya jujur.
“Pada akhirnya, semua keraguan, susah tidur dan pertanyaan lainnya menjadi inspirasi lain yang tentunya memperkaya lagu ‘Sleeping Pills.’
Secara harfiah, melodi “Sleeping Pills” sangat cocok untuk mengisi playlist pengantar tidur. Namun jika ditelaah lebih dalam, cerita dalam lirik “Sleeping Pills” ini bisa menjadi bahan renungan tentang makna hidup seiring dengan berakhirnya hari.
Dirilis di bawah label Otherling Records, “Sleeping Pills” bisa dinikmati pecinta musik di Indonesia melalui berbagai layanan. Aliran digital yang tersedia.
Featuz telah merilis tiga single sejak tahun 2020, “How To Dance Alone” (2020), “Polar Bear” (2020) dan “Merriment Park” (2021).
Karya barunya “Sleeping Pills” di tahun 2023 menjadi lagu yang membuka jalan bagi album debutnya.
Musisi Lokal Paling Banyak Didengarkan di Spotify
RRI Surabaya Rilis Album Kompilasi Dukung Musisi Lokal
Fustan merilis lagu baru yang melanjutkan gaya rock alternatif 90-an
Koresponden: Livia Cristianti
Editor: Natisha Andarningtias