Pentingnya Pengambilan Sampel Mukosa Buccal dalam Evaluasi Risiko Kanker Payudara
Pengambilan sampel mukosa buccal dari dalam rongga mulut atau buccal swab telah terbukti menjadi cara yang efektif dalam memberikan evaluasi risiko kanker payudara bagi seorang wanita. Teknologi terbaru dalam pemprosesan sampel ini telah memungkinkan analisis data genetik yang akurat dan dapat diandalkan. Dalam hal ini, salah satu perusahaan yang menawarkan layanan tersebut adalah NalaGenetics melalui produknya yang dikenal sebagai MammoReady.
Levana Sani, salah satu pendiri dan CEO NalaGenetics, menjelaskan bahwa proses pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang diusapkan ke sisi dalam pipi. Metode ini dipilih karena tingkat kegagalannya paling rendah dibandingkan dengan lokasi tubuh lainnya. Selain itu, metode ini juga non-invasif, sehingga dapat dilakukan dengan mudah oleh pasien sendiri.
MammoReady adalah tes DNA yang menggunakan sampel buccal swab untuk memberikan wawasan tentang risiko kanker payudara dalam lima tahun ke depan berdasarkan profil genetik seseorang. Tim kesehatan akan mempertimbangkan riwayat medis, gaya hidup, dan riwayat keluarga untuk menilai risiko klinis serta risiko genetik yang dimiliki oleh individu tersebut. Hasil dari tes ini biasanya dapat diketahui dalam waktu empat hingga enam pekan.
Levana menambahkan bahwa setelah mendapatkan hasil tes, individu akan mendapatkan rekomendasi berupa perbaikan dari sisi gaya hidup, berkonsultasi dengan dokter, dan apakah perlu melakukan mammografi atau tidak. Perlu diperhatikan bahwa mammografi biasanya hanya direkomendasikan untuk wanita yang berusia 40 atau 50 tahun ke atas. Namun, jika risiko kanker payudara seseorang sudah tinggi, maka mammografi dapat dilakukan kapan saja.
Dr. Natalia Zwensi Areros, M.Sc, menekankan bahwa MammoReady bukan merupakan diagnosis, melainkan skrining. Ini berarti bahwa tes ini bertujuan untuk menilai risiko kanker payudara seseorang, bukan untuk mendiagnosis penyakit tersebut. Saat ini, MammoReady hanya tersedia untuk perempuan dan belum mencakup pria.
Dalam kesimpulan, pengambilan sampel mukosa buccal melalui buccal swab dapat menjadi metode yang efektif untuk mengidentifikasi risiko kanker payudara. MammoReady, yang menggunakan sampel buccal swab, dapat memberikan informasi yang berharga tentang risiko kanker payudara seseorang berdasarkan profil genetiknya. Tes ini juga memberikan rekomendasi untuk perbaikan gaya hidup dan konsultasi dengan dokter yang dapat membantu mencegah atau mendeteksi dini kanker payudara. Namun, perlu diperhatikan bahwa MammoReady bukanlah diagnosis, melainkan skrining.
Pada artikel ini, kita akan membahas tentang pengambilan sampel mukosa buccal atau buccal swab untuk memberikan evaluasi risiko kanker payudara pada wanita. Teknologi ini dilakukan dengan mengambil sampel swab dari dalam pipi yang kemudian diproses dan dianalisis data genetiknya.
Menurut salah seorang pendiri dan CEO NalaGenetics, Levana Sani, pengambilan sampel dari dalam pipi memiliki tingkat kegagalan yang lebih rendah dibandingkan dengan lokasi tubuh lainnya. Selain itu, cara ini juga non-invasif dan dapat dilakukan sendiri oleh pasien, sehingga memudahkan dalam pengambilan sampel.
Cara ini ditawarkan oleh Levana dan tim melalui MammoReady, sebuah tes DNA yang memberikan wawasan tentang risiko kanker payudara dalam lima tahun ke depan berdasarkan profil genetik. Tim kesehatan akan mempertimbangkan riwayat medis, gaya hidup, dan riwayat keluarga untuk menilai risiko klinis serta risiko genetik dan memberikan penilaian risiko.
Biasanya dibutuhkan waktu empat hingga enam pekan untuk mendapatkan hasil tes ini. Namun, untuk menjalani pemeriksaan buccal swab ini, seseorang perlu merogoh kocek sekitar Rp4,75 juta. Proses tes ini melibatkan pre-test counseling, pengambilan sampel, dan post-test counseling.
Setelah mendapatkan hasil tes, seseorang akan mendapatkan rekomendasi berupa perbaikan gaya hidup, berkonsultasi dengan dokter, dan apakah perlu atau tidaknya menjalani mammografi. Meskipun mammografi biasanya dilakukan pada usia 40 atau 50 tahun, namun jika risiko kanker payudara sudah tinggi, mammografi dapat dilakukan kapan saja.
Meskipun MammoReady memberikan wawasan tentang risiko kanker payudara, Dr. Natalia Zwensi Areros, M.Sc mengingatkan bahwa ini bukan merupakan diagnosis, tetapi skrining. Saat ini, MammoReady hanya tersedia untuk perempuan dan masih memiliki keterbatasan.
Demikianlah penjelasan singkat mengenai pengambilan sampel mukosa buccal dan penggunaannya dalam evaluasi risiko kanker payudara pada wanita. Tes DNA seperti MammoReady dapat memberikan informasi penting mengenai risiko kanker payudara dan membantu dalam pengambilan keputusan mengenai pencegahan dan pengobatan.