Dokter spesialis anak menjelaskan vaksin apa saja yang sebaiknya diberikan pada anak

JAKARTA (JurnalPagi) – Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. dokter. dokter. Hartono Gunardi, SpA(K) mengatakan ada beberapa vaksin yang sebaiknya diberikan pada anak untuk mengurangi risiko penyakit dan memperkuat daya tahan tubuh anak.

“Sejak lahir sudah bisa divaksinasi,” kata Hartono dalam acara Calontis Vaccine Leaders di Jakarta, Senin.

Melalui Kementerian Kesehatan, pemerintah telah membuat program vaksinasi khusus untuk anak kelas 0 hingga 6 SD. Orang tua harus mengetahui vaksin apa yang harus diberikan kepada anak dan menjadwalkan suntikannya agar anak mendapatkan vaksin lengkap dan risiko penyakit pada anak berkurang.

Dokter Anjurkan Orang Tua Lengkapi Suntik Vaksin Polio pada Balita

Merujuk pada ketentuan Kementerian Kesehatan, program imunisasi rutin pada anak dimulai sejak usia 0 tahun. Bayi dapat diberikan vaksin hepatitis B dalam 24 jam pertama.

Saat bayi berusia satu bulan, dapat diberikan vaksin BCG untuk mencegah TBC dan vaksin OPV untuk mencegah polio. Untuk bayi usia 2-4 bulan, vaksin yang dapat diberikan adalah DPT 1 untuk mencegah difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin OPV 2, PCV 1 untuk mencegah pneumonia; serta vaksin IPV untuk mencegah polio.

Saat bayi berusia 9 bulan, berikan vaksin MR untuk mencegah campak dan rubella, bayi usia 10 bulan dengan vaksin JE untuk mencegah virus ensefalitis, bayi usia 12 bulan dengan PCV 3 dan bayi usia 18 bulan dengan DPT dan MR 2.

Hartono menjelaskan, vaksin ini diberikan kepada anak sekolah untuk memperkuat daya tahan tubuhnya terhadap penyakit tertentu. Seiring bertambahnya usia, daya tahan tubuh menurun dan diperlukan lebih banyak vaksin Amplifier (Penguat) dalam tubuh.

Untuk siswa kelas satu diberikan vaksin DT dan MR, siswa kelas dua diberi vaksin Td untuk mencegah tetanus, siswa kelas lima diberi vaksin Td dan HPV 1 untuk mencegah kanker serviks, dan siswa kelas enam diberi vaksin HPV 2. Amplifier.

Dokter: Anak di atas lima tahun harus mendapat vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks

Menurut Hartono, kepekaan terhadap vaksin pada anak sangat rendah. Ketika seorang anak alergi terhadap vaksin, zat atau zat yang dapat menyebabkan kambuhnya alergi pada anak harus dihindari dan tidak digunakan pada mereka.

Misalnya, jika suatu vaksin mengandung bahan penyebab pertusis atau batuk rejan pada anak, maka dapat diganti dengan vaksin pentavalen atau vaksin kombinasi.

Selain meresepkan vaksin wajib untuk anak, orang tua juga dapat memberikan vaksin tambahan sebagai pilihan untuk mencegah risiko penyakit tertentu, misalnya vaksin flu. Vaksin pilihan ini dapat diberikan secara mandiri di rumah sakit atau klinik terdekat yang menawarkan vaksin tersebut.

Jika orang tua melewatkan satu atau lebih jenis vaksin pada anaknya, vaksin yang belum diberikan masih dapat digunakan pada anak. Orang tua juga tidak perlu mengulang pemberian vaksin dari awal agar vaksin yang diberikan cukup bagi yang belum tuntas.

“Kalau lupa, daya tahan tubuh anak akan menurun. Ketika ia jatuh di bawah ambang perlindungan, anak tersebut rentan terhadap infeksi. Sebelum hal ini terjadi, segera beri anak vaksin.

Data Kementerian Kesehatan tahun 2019-2021 menunjukkan 1,7 anak di Indonesia belum mendapatkan vaksin lengkap. Hartono mengimbau para orang tua untuk mengecek jadwal vaksinasi rutin yang diberikan oleh Pociando atau dokter agar anak terbebas dari risiko penyakit dan daya tahan tubuh diperkuat.

Pengamat: Pendekatan Lembut Bisa Tingkatkan Imunisasi Anak

IDAI: Segera Lengkapi Vaksinasi Anak dan Tak Perlu Ulang dari Awal

Pekan Imunisasi Dunia adalah gerakan untuk membangun kembali kesadaran masyarakat

Koresponden: Winnie Sofa Salma
Editor: Natisha Andarningtias

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *