China desak dijaminnya hak-hak rakyat Palestina

Krisis Israel-Gaza Disebabkan Kurangnya Jaminan Hak-hak Warga Palestina

Krisis Israel-Gaza terjadi akibat kurangnya jaminan terhadap hak-hak warga Palestina. Hal ini ditegaskan oleh Utusan Khusus China untuk Timur Tengah, Zhai Jun, dalam pertemuan dengan mitranya dari Rusia, Mikhail Bogdanov, di Qatar. Dalam pertemuan tersebut, Zhai Jun menegaskan keselarasan Beijing dengan Moskow dalam upaya mereka untuk mencegah meluasnya krisis di Gaza.

China dan Rusia memiliki pandangan yang sama mengenai masalah Palestina, sebagaimana disampaikan oleh Zhai Jun setelah bertemu dengan Bogdanov di Doha. Pada hari sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin juga menggelar pembicaraan dengan Presiden China, Xi Jinping di Beijing.

Menurut Zhai Jun, “Alasan mendasar situasi konflik Palestina-Israel saat ini adalah tidak dijaminnya hak-hak sah rakyat Palestina dalam bernegara.” Pada tanggal 7 Oktober, kelompok perlawanan Palestina Hamas menyerbu Israel selatan dari Jalur Gaza dan menewaskan sedikitnya 1.400 orang. Israel kemudian membalas dengan melancarkan serangan udara yang membuat 2,3 juta penduduk Jalur Gaza terkepung.

Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, mengutuk “semua aksi kekerasan terhadap warga sipil” tanpa menyebut nama Hamas, dan menyatakan bahwa “tindakan Israel telah melampaui ruang lingkup mempertahankan diri.” Hal ini semakin menempatkan China dan Rusia dalam kubu yang terpisah dari Amerika Serikat. Presiden Joe Biden justru menyatakan akan mengusahakan dana tambahan mencapai miliaran dolar AS untuk membantu Israel melawan Hamas.

Rusia, yang memiliki hubungan dengan Iran, Hamas, negara-negara besar Arab, Palestina, dan Israel, berulang kali menyatakan bahwa Amerika Serikat dan Barat mengabaikan perlunya negara Palestina merdeka sesuai perbatasan tahun 1967. Resolusi Dewan Keamanan PBB rancangan Rusia yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza, pembebasan sandera, akses kemanusiaan, dan evakuasi aman warga sipil yang membutuhkan, gagal disahkan pada Senin.

China sangat kecewa karena AS menghalangi resolusi Dewan Keamanan. Di Qatar, Zhai Jun menegaskan bahwa China siap menjaga komunikasi dan koordinasi dengan Rusia untuk meredakan konflik Israel-Palestina. Qatar telah menjadi tempat penting bagi diplomat-diplomat asing yang berusaha menengahi konflik Israel-Gaza, karena memiliki saluran komunikasi langsung dengan Hamas yang memiliki kantor politik di Doha sejak sepuluh tahun lalu.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, juga mengunjungi Doha dalam tur Timur Tengah. Dia berkata kepada Perdana Menteri Qatar bahwa Amerika Serikat sedang berupaya menjamin pembebasan sandera Israel di Gaza. Blinken juga mendesak Israel agar mengambil segala tindakan pencegahan guna menghindari korban warga sipil.

Sumber: Reuters

Dalam artikel ini, kita membahas penyebab krisis Israel-Gaza yang disebabkan oleh kurangnya jaminan terhadap hak-hak warga Palestina. China dan Rusia memiliki pandangan yang sama mengenai masalah Palestina dan berupaya mencegah meluasnya krisis di Gaza. Di sisi lain, Amerika Serikat berada dalam kubu yang terpisah dan menyatakan dukungannya terhadap Israel. Resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata juga gagal disahkan akibat veto dari Amerika Serikat. Qatar menjadi tempat penting bagi upaya mediasi karena memiliki saluran komunikasi langsung dengan Hamas.
Penyebab krisis Israel-Gaza menurut utusan khusus China untuk Timur Tengah, Zhai Jun, adalah kurangnya jaminan terhadap hak-hak warga Palestina. Pernyataan tersebut disampaikan saat Zhai Jun bertemu dengan mitranya dari Rusia, Mikhail Bogdanov, di Qatar. Qatar telah menjadi perantara diplomatik utama dalam konflik Israel-Hamas.

Zhai Jun mendarat di Qatar pada Kamis untuk melakukan putaran pertama lawatan di wilayah tersebut. Di sana, dia menegaskan kembali keselarasan Beijing dengan Moskow dalam upaya mereka untuk mencegah meluasnya krisis Gaza. China dan Rusia memiliki pandangan yang sama mengenai masalah Palestina.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, juga telah mengadakan pembicaraan dengan Presiden China, Xi Jinping, di Beijing. Zhai Jun menyatakan bahwa alasan mendasar situasi konflik Palestina-Israel saat ini adalah tidak dijaminnya hak-hak sah rakyat Palestina dalam bernegara.

Pada 7 Oktober, kelompok perlawanan Palestina Hamas menyerbu Israel selatan dari Jalur Gaza, menewaskan sedikitnya 1.400 orang. Israel membalas dengan melancarkan serangan udara, yang membuat 2,3 juta penduduk Jalur Gaza terkepung.

Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, mengutuk semua aksi kekerasan terhadap warga sipil tanpa menyebut nama Hamas. Dia juga menyatakan bahwa tindakan Israel telah melampaui ruang lingkup mempertahankan diri.

Krisis ini semakin memperjauh China dan Rusia dari Amerika Serikat. Presiden Joe Biden berencana mengusahakan dana tambahan untuk membantu Israel melawan Hamas. Sementara itu, Rusia berulang kali menyatakan bahwa Amerika Serikat dan Barat mengabaikan perlunya negara Palestina merdeka sesuai perbatasan 1967.

Resolusi Dewan Keamanan PBB rancangan Rusia yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza gagal disahkan karena AS menghalanginya. China sangat kecewa dengan tindakan tersebut.

Utusan khusus China untuk Timur Tengah, Zhai Jun, menegaskan bahwa China siap menjaga komunikasi dan koordinasi dengan Rusia untuk meredakan konflik Israel-Palestina. Qatar telah menjadi tempat persinggahan penting bagi diplomat-diplomat asing yang berusaha menengahi konflik tersebut karena memiliki saluran komunikasi langsung dengan Hamas.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, juga mengunjungi Doha dalam tur Timur Tengah. Dia berupaya menjamin pembebasan sandera Israel di Gaza dan mendesak Israel agar mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari jatuhnya korban warga sipil.

Sumber: Reuters