Jakarta (JurnalPagi) – AstraZeneca Indonesia mengajak pasien asma untuk mengikuti tes ketergantungan inhaler. Agonis beta kerja pendek (Saba), bagian dari kampanye “Hentikan kecanduan”.
Medical Director AstraZeneca Indonesia, Dr Fedi, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, mengatakan hal itu dilakukan sebagai bagian dari komitmen AstraZeneca untuk bermitra dengan pemangku kepentingan termasuk Kementerian Kesehatan RI dalam mengatasi penyakit tidak menular, salah satunya. Ini adalah asma
“yang di situs web Selain itu, ada informasi mengapa Saba berbahaya jika digunakan secara berlebihan dan sendiri tanpa pengawasan, serta ada juga kuisioner singkat.
Tes ini diadaptasi dari kuesioner risiko kredit Saba. Pasien asma dapat melakukan tes melalui www.stopkedependenan.id.
Lingkungan yang sehat penting agar asma tidak mudah kambuh
Fadi menjelaskan, hasil kuisioner menunjukkan ketergantungan pasien terhadap inhalasi penenang SABA.
“Akan ada pengumuman apakah saya berisiko tinggi, berisiko sedang, atau berisiko rendah untuk ketergantungan SABA,” kata Feddy.
Setelah memahami risiko dan kecenderungan ketergantungan SABA, Feddy mengatakan pasien dapat berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk menentukan langkah selanjutnya dalam pengobatan dan penanganan asma yang mereka butuhkan.
Studi Global Burden of Disease (GBD) 2019 menemukan bahwa sekitar 262 juta orang di seluruh dunia menderita asma, dan pasien menggunakan obat pereda inhalasi untuk mengendalikan penyakit mereka.
Di Indonesia, Penggunaan SABA pada Asma (SABINA) menunjukkan bahwa 37% pasien asma diresepkan lebih dari tiga kaleng inhaler jenis SABA per tahun.
Pasien asma tidak boleh menggunakan obat SABA secara berlebihan
Namun, perlu ditekankan bahwa penggunaan inhaler pereda SABA secara berlebihan dapat berbahaya bagi kesehatan.
Laporan Strategi Global Global Asthma Initiative (GINA) 2019-2022 menunjukkan bahwa penggunaan inhaler pereda SABA secara rutin, meski hanya selama 1-2 minggu, sebenarnya kurang efektif dan menyebabkan lebih banyak peradangan di saluran napas, dan juga menyebabkan penyakit yang buruk. . Kebiasaan penggunaan yang berlebihan
Ketika pasien asma terlalu sering menggunakan atau sangat bergantung pada inhaler SABA, mereka berisiko lebih tinggi terkena serangan asma, rawat inap, dan dalam beberapa kasus, kematian.
PDPI: Tidak ada lagi inhaler SABA yang direkomendasikan untuk pasien asma
Pembicara: Sochi Nurhaliza
Editor: Siti Zulikha