Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan empat tantangan perekonomian yang menjadi pembahasan utama dalam Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF) pada Kamis (16/11) lalu, di San Fransisco, Amerika Serikat (AS).
Empat pilar yang menjadi pembahasan dalam IPEF, yakni Trade Facilitation (Perdagangan), Supply Chain (Rantai Pasok), Green Economy (Ekonomi Bersih), dan Fair Economy (Ekonomi Adil).
“Yang sudah diselesaikan adalah Pilar II, legal scribing-nya sudah selesai dan sudah ditandatangani yaitu mengenai supply chain. Dan kemarin, seluruh pemimpin, presiden, perdana menteri dari empat belas negara bersama-sama meluncurkan hasil daripada penandatanganan IPEF Pilar II,” kata Airlangga melalui keterangan resmi, di Jakarta, Minggu.
Menko Airlangga menyampaikan bahwa terkait dengan Pilar I (Perdagangan) masih terdapat tiga klaster isu yang belum selesai, yakni terkait dengan klaster pertanian, lingkungan, dan ketenagakerjaan.
Menurutnya, ketiga klaster tersebut diharapkan dapat dibahas kembali di kuartal pertama tahun depan.
“Sehingga sebetulnya turunan dari IPEF itu ada empat perjanjian. Dengan demikian, sebetulnya ini menjadi salah satu standar daripada perdagangan, investasi, dan ekonomi yang lebih tinggi, lebih berkeadilan, antikorupsi, transparan, dan juga ada good regulatory practice,” ujar Airlangga pula.
Lebih lanjut, ia menyampaikan terdapat fasilitasi pembiayaan yang disiapkan melalui IPEF, termasuk melanjutkan komitmen Just Energy Transition Partnership (JETP) dan Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGGII), yang mana Indonesia sudah diberikan prioritas dari tujuh negara yang akan memperoleh fasilitasi mengenai semikonduktor.
Terkait dengan mineral kritis, Airlangga menilai bahwa hal tersebut akan dilakukan pembahasan lebih lanjut. Seluruh negara mitra IPEF telah sepakat meluncurkan critical minerals dialogue untuk penguatan rantai pasok ke depannya dan membuat lapangan pekerjaan di sektor energi bersih.
Hal tersebut diharapkan akan memberikan keuntungan bagi produksi kendaraan listrik (EV) dan turunannya di Indonesia.
Mengungkap sejumlah manfaat keikutsertaan Indonesia dalam forum IPEF, Menko Airlangga menjelaskan bahwa rantai pasok Indonesia akan menjadi bagian yang dianggap diandalkan, aman, berstandar sama, dan bisa masuk dalam rantai pasok global.
“Kemudian yang kedua, critical minerals ini yang juga sedang akan dibahas di kuartal pertama tahun depan,” ujarnya pula.
Artikel ini mengulas tentang pembahasan utama dalam Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF) yang dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Ia menyampaikan bahwa empat pilar yang menjadi pembahasan dalam IPEF adalah Trade Facilitation (Perdagangan), Supply Chain (Rantai Pasok), Green Economy (Ekonomi Bersih), dan Fair Economy (Ekonomi Adil). Pembahasan mengenai supply chain telah diselesaikan dan ditandatangani oleh pemimpin negara dari empat belas negara mitra IPEF. Namun, terdapat tiga klaster isu terkait perdagangan yang masih belum selesai, yaitu klaster pertanian, lingkungan, dan ketenagakerjaan. Pemerintah berharap dapat membahas klaster tersebut kembali di kuartal pertama tahun depan. Selain itu, artikel ini juga menyebutkan tentang fasilitasi pembiayaan yang disiapkan melalui IPEF, termasuk komitmen Just Energy Transition Partnership (JETP) dan Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGGII). Terdapat juga pembahasan mengenai mineral kritis yang akan dilakukan di kuartal pertama tahun depan, dimana seluruh negara mitra IPEF telah sepakat meluncurkan critical minerals dialogue untuk penguatan rantai pasok ke depannya. Keikutsertaan Indonesia dalam IPEF diharapkan dapat memberikan manfaat bagi produksi kendaraan listrik (EV) dan turunannya, serta meningkatkan peran Indonesia dalam rantai pasok global.
Sumber:
https://www.antaranews.com/berita/2696244/airlangga-sebut-4-tantangan-perekonomian-dalam-ipef
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan empat tantangan perekonomian yang menjadi pembahasan utama dalam Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF) pada Kamis (16/11) lalu, di San Fransisco, Amerika Serikat (AS).
Empat pilar yang menjadi pembahasan dalam IPEF, yakni Trade Facilitation (Perdagangan), Supply Chain (Rantai Pasok), Green Economy (Ekonomi Bersih), dan Fair Economy (Ekonomi Adil).
“Yang sudah diselesaikan adalah Pilar II, legal scribing-nya sudah selesai dan sudah ditandatangani yaitu mengenai supply chain. Dan kemarin, seluruh pemimpin, presiden, perdana menteri dari empat belas negara bersama-sama meluncurkan hasil daripada penandatanganan IPEF Pilar II,” kata Airlangga melalui keterangan resmi, di Jakarta, Minggu.
Menko Airlangga menyampaikan bahwa terkait dengan Pilar I (Perdagangan) masih terdapat tiga klaster isu yang belum selesai, yakni terkait dengan klaster pertanian, lingkungan, dan ketenagakerjaan.
Menurutnya, ketiga klaster tersebut diharapkan dapat dibahas kembali di kuartal pertama tahun depan.
“Sehingga sebetulnya turunan dari IPEF itu ada empat perjanjian. Dengan demikian, sebetulnya ini menjadi salah satu standar daripada perdagangan, investasi, dan ekonomi yang lebih tinggi, lebih berkeadilan, antikorupsi, transparan, dan juga ada good regulatory practice,” ujar Airlangga pula.
Lebih lanjut, ia menyampaikan terdapat fasilitasi pembiayaan yang disiapkan melalui IPEF, termasuk melanjutkan komitmen Just Energy Transition Partnership (JETP) dan Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGGII), yang mana Indonesia sudah diberikan prioritas dari tujuh negara yang akan memperoleh fasilitasi mengenai semikonduktor.
Terkait dengan mineral kritis, Airlangga menilai bahwa hal tersebut akan dilakukan pembahasan lebih lanjut. Seluruh negara mitra IPEF telah sepakat meluncurkan critical minerals dialogue untuk penguatan rantai pasok ke depannya dan membuat lapangan pekerjaan di sektor energi bersih.
Hal tersebut diharapkan akan memberikan keuntungan bagi produksi kendaraan listrik (EV) dan turunannya di Indonesia.
Mengungkap sejumlah manfaat keikutsertaan Indonesia dalam forum IPEF, Menko Airlangga menjelaskan bahwa rantai pasok Indonesia akan menjadi bagian yang dianggap diandalkan, aman, berstandar sama, dan bisa masuk dalam rantai pasok global.
“Kemudian yang kedua, critical minerals ini yang juga sedang akan dibahas di kuartal pertama tahun depan,” ujarnya pula.
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Budisantoso Budiman
COPYRIGHT © JurnalPagi 2023