Jakarta (JurnalPagi) – Para ahli khususnya di bidang kesehatan dan transportasi mengimbau para pemudik untuk tetap sehat dan berwisata dengan aman ke kampung halaman, meski kini dibayangi sub kasus Covid-19 Arcturus.
Dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), guru besar paru-paru dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mencatat Arcturus atau tipe baru XBB.1.16 yang terdeteksi di Indonesia lebih mudah menular dibanding tipe sebelumnya. Informasi dari Kementerian Kesehatan pada Senin (17/4) menunjukkan total ada tujuh kasus varian ini dan pasien sudah sembuh dengan gejala ringan.
Kemudian lagi, berkaca pada laporan Singapura, Arcturus dapat menyebabkan kekambuhan pada penyintas COVID-19. Tiga dari setiap 10 kasus di negara ini dikenal sebagai infeksi ulang atau kambuh.
Ia menyarankan agar masyarakat sudah mendapatkan vaksin booster Covid-19 sebelum mudik, dan khususnya kelompok rentan, termasuk lansia dan penyakit penyerta, agar menggunakan masker di ruang tertutup dan kendaraan.
Direktur jurusan pendidikan pasca sarjana Universitas Yarsi mengatakan: Jika ada keluhan yang diduga covid-19, pasien harus segera diperiksa dan jika perlu dilakukan tes antigen atau PCR.
Menurut Kemenkes, gejala subtipe baru ini hampir sama dengan Covid-19 sebelumnya, yakni batuk, flu, demam, dan sakit tenggorokan. Namun, sejumlah negara dengan kasus jenis ini melaporkan gejala khas berupa mata merah atau konjungtivitis.
Kementerian Kesehatan juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker, terutama bagi mereka yang merasa sakit, seperti batuk, flu, dan berdekatan dengan orang sakit. Selain COVID-19, memakai masker juga dapat membantu mencegah penularan penyakit lain.
Sebagai tindakan pencegahan, pemerintah menganjurkan agar masyarakat melakukan rapid self antigen test dengan menggunakan produk dalam negeri berkode AKD dan produk luar negeri berkode AKL.
Tes self-antigen cepat menggunakan metode hidung, yang hanya memasukkan alat melalui hidung. Rapid self-antigen test ini dapat mendeteksi virus COVID-19 sejak dini. Selain itu, pencegahan atau pengobatan akan lebih mudah.
Profesor Tjandra, yang pernah menjabat sebagai Direktur Penyakit Menular WHO untuk Asia Tenggara, juga mengingatkan para pemudik untuk memastikan kesehatannya dan saat membawa bayi dan anak-anak, sebaiknya bekal makanan dan kebutuhan bayi. Popok, bedak, bantal, mainan, dll, termasuk antisipasi jika terjadi kemacetan panjang yang cukup menyita waktu.
Obat-obatan yang diperlukan dalam perjalanan pulang, baik obat yang biasa digunakan untuk penyakit kronis maupun obat darurat, harus dibawa.
Kemudian selama perjalanan, bagi yang berkendara untuk istirahat setelah empat jam, jangan ngebut, ikuti rambu lalu lintas dan petunjuk petugas serta kenakan sabuk pengaman untuk keselamatan dan keamanan selama perjalanan.
Jika Anda merasa sakit saat pulang, Anda bisa langsung berobat ke puskesmas dan rumah sakit dalam perjalanan pulang.
Penumpang juga diingatkan untuk menjaga kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi selama perjalanan pulang serta rutin mencuci tangan.
Sebaiknya hindari makan makanan yang sangat pedas atau sangat asam selama perjalanan, atau setidaknya hindari makan makanan dan minuman yang mudah mengiritasi sistem pencernaan.
Pesan untuk driver
Khusus bagi yang sedang dalam perjalanan pulang, Wakil Presiden Pemberdayaan dan Pemberdayaan Indonesia Transport Community Center (MTI) Joko Setijowarno mengingatkan para komuter untuk menghindari kebut-kebutan. Dia menyarankan kecepatan berkendara maksimal 50 km/jam.
Selain itu, menurut dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Katolik Sugijapranata, Semarang ini, pengemudi harus memastikan sistem penerangan dan rem bekerja dengan baik, menjaga jarak aman dengan pengendara lain, memilih jalur yang sepi dan minim. marka jalan. .
Mereka juga harus memperhatikan tekanan ban, bersabar dan mematuhi peraturan lalu lintas, memahami rute sebelum mengemudi, menggunakan program navigasi dengan hati-hati untuk menghindari rute alternatif yang berbahaya, dan jika merasa lelah Berhentilah setiap dua jam perjalanan di tempat yang aman.
Survei yang dilakukan Badan Kebijakan Perhubungan Departemen Perhubungan memperkirakan potensi mobilitas nasional pada Lebaran 2023 sebesar 45,8 persen dari total penduduk atau 123,8 juta orang.
Separuh penduduk Indonesia, atau 106 juta orang (85,9 persen), akan bepergian ke atau dari rumah. Sisanya 14,1 persen atau 17,8 juta orang pergi berlibur dan kegiatan lainnya.
Beberapa faktor mempengaruhi kepulangan karena alasan ekonomi atau keuangan keluarga sebesar 31,02%, cuti bersama sebesar 12,76% dan tidak adanya COVID-19 sebesar 12,6%.
Sebagian besar komuter, 27,32 juta (22,0 persen) menggunakan mobil pribadi dan 25,13 juta (20,30 persen) memilih sepeda motor sebagai sarana favorit untuk pulang.
Joko mengatakan, minimnya layanan angkutan umum di daerah tersebut membuat para komuter lebih memilih kendaraan pribadi ketimbang angkutan umum. Kemudian, selama berada di kampung halaman, memiliki kendaraan pribadi memudahkan mereka untuk berkeliling mencari hiburan, jalan-jalan, dan jalan-jalan.
Dia mengingatkan, banyaknya penumpang sepeda motor selain berpotensi menimbulkan kemacetan di jalan non tol, juga rawan kecelakaan lalu lintas.
Selain itu, tidak sedikit pengendara sepeda motor yang membawa anak-anaknya, bahkan balita. Saat bepergian dengan sepeda motor, keselamatan anak-anak seringkali terabaikan. Karena itu, Joko menilai larangan bepergian dengan anak-anak harus diulangi.
Pemerintah telah mempersiapkan diri dengan segala fasilitas dan para pemudik harus benar-benar mempersiapkan diri untuk mudik dengan persiapan yang baik.
Jangan sampai fasilitas yang disediakan tidak digunakan dengan baik. Semoga mudik kali ini menyenangkan dan memberikan kesan yang baik.
Editor: Masukkan M. Astro