Jakarta (JurnalPagi) – Pemerintah Amerika Serikat secara resmi menyatakan bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) pada Jumat (10/3/2022). Bagaimana dampak nyata terhadap perekonomian Indonesia, khususnya sektor perbankan?
Pengawas Perbankan Nasional Abiodo menilai kebangkrutan SVB tidak akan berdampak signifikan terhadap sistem perbankan Indonesia.
“Namun, jangan diremehkan. Otoritas keuangan dan moneter Indonesia harus selalu waspada. Permasalahan yang terjadi pada SVB juga menjadi pelajaran untuk lebih presisi dalam kebijakan.”
Konsekuensi nyata dari kebangkrutan SVB di AS bagi perbankan nasional adalah risiko fluktuasi mata uang, lanjut Abiodo. Meski risikonya sangat kecil, efeknya bisa terjadi.
Mempertimbangkan risiko ini, Indonesia menghadapi risiko yang relatif kecil dengan bank-bank bermasalah. Selain itu, bank masih memiliki banyak modal untuk menutupi risiko likuiditas. “Bahkan jika ada risiko volatilitas, regulator dapat bertindak cepat untuk mengurangi dampaknya.”
Dampak kebangkrutan SVB dirasakan di seluruh sektor keuangan serta start-up di AS dan Indonesia. Bahkan mungkin ada risiko pasar obligasi. Audiens harus waspada karena bank mungkin menderita efek ini.
Lanjut Abiodo: Selain risiko fluktuasi nilai tukar, dampak lain yang mungkin terjadi adalah sulitnya menaikkan suku bunga, persoalan ini bukan hanya soal kenaikan suku bunga, tapi juga persoalan normalisasi neraca perbankan.
“Kalau tidak segera mendapat penanganan atau solusi terbaik, bank bisa saja memutuskan untuk menurunkan suku bunga. Dalam hal itu, sulit bagi bank untuk mempertahankan prioritas.”
Jika perbankan nasional tidak waspada, fenomena SVB bisa berdampak pada perbankan nasional. Oleh karena itu, untuk menghindari dampak yang mungkin terjadi diperlukan kewaspadaan untuk menjaga ketahanan perbankan.
Koresponden: PR Wire
Editor: PRWire